Pernah mendengar istilah ‘bagai sayur tanpa garam?’…istilah ini tentu tepat bila dikaitkan dengan rasa hambar akibat ketiadaan garam pada sayur kegemaran. Garam merupakan salah satu bumbu dapur yang berperan penting agar tercipta makanan yang sedap dilidah. Namun beberapa kurun waktu kebelakang, garam sering menjadi kambing hitam pada penderita penyakit tertentu, seperti penderita hipertensi dan jantung, sehingga ada pantangan bagi mereka dalam mengkonsumsinya. Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit jantung, stroke, atau ginjal.
Secara umum, garam memiliki sisi positif dan negatif bagi tubuh. Di satu sisi, gula dan garam diperlukan, tetapi di sisi lain akan memberikan efek yang buruk bila dikonsumsi berlebihan dalam jangka panjang, namun tidak berarti garam harus dihilangkan dari menu makan sehari-hari, karena garam tetap penting untuk tubuh seperti mencegah gangguan pada system syaraf dan menghindari risiko meningkatnya kadar trigliserida yang berisiko memicu resistensi insulin, yang terjadi karena kadar garam terlalu rendah.
Belum lagi kandungan yodium yang terdapat pada garam merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan. Kekurangan maupun kelebihan konsumsi yodium dapat mengakibatkan gangguan fungsi tiroid. Gangguan fungsi tiroid akan menyebabkan tubuh kurang berenergi. Bahkan jika sudah parah akan menyebabkan kerusakan sebagian otak dan kretinisme, yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Garam memang bukan satu-satunya sumber yodium, makanan laut seperti ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut, serta telur, susu, dan daging juga merupakan sumber yodium.
Di Indonesia, makanan dan minuman yang mengandung garam tinggi masih banyak dikonsumsi masyarakat. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, konsumsi garam masyarakat sebesar 311 gram per kapita per minggu. Padahal, batasan konsumsi garam sehari adalah 5 gram atau 2.000 – 2300 mg natrium, ini untuk orang yang sehat, sedangkan untuk mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung (diabetes, hipertensi, punya penyakit ginjal atau berusia di atas 51 tahun), disarankan untuk membatasi garam hanya 1.500 mg.
Prinsip yang harus kita cermati dalam konsumsi garam juga dalam mengkonsumsi berbagai jenis makananlainnya adalah tidak berlebih-lebihan. Salah satu cara untuk membatasi asupan gula dan garam adalah dengan mulai memperhatikan label gizi dalam makanan kemasan, berbagai macam makanan cepat saji, cemilan keripik, sosis, kornet, makanan dalam kaleng, dan lain sebagainya itu mengandung banyak sodium, sehingga kita harus cermat sewaktu mengkonsumsinya agar tidak terjadi asupan garam yang berlebihan dalam sehari. Selain itu, sebaiknya jangan menyimpan garam ekstra di meja makan, karena kebiasaan ini akan merangsang kita untuk menambahkan garam ke dalam makanan saat makanan yang disantap terasa hambar.
jadi, selalu pilihlah cara sehat dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari.
© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Admin
Keluhan, Kritik dan Saran
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 6 hours 50 minutes
20:00Informasi
Medical Check Up
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 6 hours 50 minutes
20:00Pendaftaran Rawat Jalan
Khusus Pasien BPJS
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 6 hours 50 minutes
20:00Pendaftaran Rawat Jalan
Pribadi, Asuransi, dan Perusahaan
Sorry, I'm offline at the moment. I'll be back online in the next 6 hours 50 minutes
20:00