Bagaimana cara mencegah penyakit menular pada bayi dan anak?
Pencegahan umum : berikan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, pakaian, mainan, rumah, lingkungan serta penyediaan air bersih untuk makanan & minuman.
Pencegahan spesifik: denganimunisasi lengkap dan teratur, karena dalam waktu 4 – 6 minggu setelah imunisasi akan timbul kekebalan spesifik yang mampu mencegah penularan penyakit, sehingga tidak mudah tertular penyakit berbahaya. Bila tertularpun tidak akan menjadi sakit berat, tidak menularkan pada bayi dan anak lain, sehingga tidak terjadi wabah dan tidak terjadi banyak kematian.
Benarkah imunisasi BERMANFAAT ?
Benar. Ahli-ahli di 194 negarayang mengawasi program imunisasi di negara masing-masing menyatakan bahwa imunisasi terbukti bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat atau kematian akibat penyakit menular tertentu. Oleh karena itu sampai saat ini imunisasi di lakukan secara rutin di seluruh dunia, dinegara-negara kaya yang bersih dengan gizi baik, maupun dinegara-negara miskin dengan lingkungan yang kurang bersih. Semua negara berlomba untuk mengimunisasi lebih dari 90% bayi dan balita, untuk mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.
Di Indonesia, pemerintah menyediakan vaksin gratis di sarana kesehatan pemerintah meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib, Campak, dT, TT.Imunisasi yang belum disediakan gratis oleh pemerintah antara lain : Rotavirus, Pneumokokus, Influenza, MMR, Demam Tifoid, Cacar air, Hepatitis A, Kanker Leher Rahim (HPV)vaksin anti Rabies, Meningokokus, dan demam kuning (yelli.
Imunisasi Hepatitis B : untuk mencegahkerusakan hati akibat serangan virus Hepatitis B. Bila berlanjut sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B disuntikkan di paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari Ibu pada bayinya, karena banyak ibu hamil di Indonesia tidak tahu bahwa didalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Oleh karena itu sebaiknya ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B (juga toksoplasma, rubela, sitomegali dan herpes). Sebelum imunisasi bayi baru lahir sebaiknya disuntikkan vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu vaksin hepatitis B disuntikan pada usia 1 bulan dan pada usia 6 bulan, dapat digabung dengan imunisasi DPT dan Hib.
Imunisasi Polio: untuk mencegahkelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel syaraf di sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak dapat lumpuh seluruh tubuh dan menyebabkan kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan pulang ke rumah, dilanjutkan pada umur 2, 4, 6, 18-24 bulan dan 5 tahun. Vaksin polio suntikan khusus untuk bayi balita yang kekebalannya rendah karena penyakit atau karena sedang dalam pengobatan yang mengganggu kekebalan.
Imunisasi BCG : untuk mencegahtuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak, kelenjar getah bening dan tulang sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan. Bekas suntikan setelah 1 bulan dapat timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah, keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri, adalah reaksi yang umum terjadi dan tidak berbahaya. Bersihkan dengan alkohol atau iodin. Koreng akan menyembuh dalam beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.
Imunisasi DPT atau DPaT : untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus.Kuman Difteri membentuk membran tebal yang menyumbat jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang melumpuhkan otot jantung, sehingga banyak menimbulkan kematian. KumanPertusismengakibatan batuk hebat dan lama, sesak napas, radang paru sehingga banyak menyebabkan kematian bayi. Kuman Tetanusmasuk melalui tali pusat, atau luka dalam yang sempit, kemudian kuman mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot, sehingga otot seluruh tubuh menjadi kaku, tidak bisa minum, makan atau bernafas, sehingga banyak menimbulkan kematian.
Vaksin DPT disuntikkan di paha mulai umur 2 bulan, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan, 4-6 bulan, dan 18-24 bulan, dapat digabung dengan vaksin Hepatitis B dan Hib. Dilanjutkan lagi di lengan pada umur 5-6 tahun, 10-12 tahun dan 18 tahun, dengan vaksin yang isinya sedikit berbeda (DT, Td atau TT)
Imunisasi Hib dan Pneumokokus : untuk mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkanradang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan radang otak (meningitis) yang banyak menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan Pneumokokus disuntikan mulai umur 2, 4, 6, dan 15 bulan, dapat digabung dengan vaksin DPT atau DPaT.
Imunisasi Rotavirus: untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, sehingga banyak menyebabkan kematian. Vaksin Rotavirus di teteskan perlahan ke mulut bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.
Imunisasi Influenza : untuk mencegahserangan virus influenza yang mengakibatkan demam tinggi, batuk pilek hebat, sesak nafas, radang paru, sehingga dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza disuntikan mulai umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah, remaja, dewasa bahkan usia lanjut.
Imunisasi Campak : untuk mencegah serangan virus campak yang mengakibatkan demam tinggi, ruam di kulit, mata, mulut, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak mengakibatkan kematian. Vaksin campak disuntikkan mulai usia 9 bulan dan booster 2 tahun.
Imunisasi Cacar air (varisela) : untuk mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim. Vaksin cacar air disuntikkan mulai umur 1 tahun.
Imunisasi MMR : untuk mencegah serangan virus MMR, yaitu Mumps (gondongan, mengakibatkan radang buah zakar, mandul), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman) yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta, tuli, keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi. Vaksin MMR disuntikan mulai umur 15 bulan dan di ulang pada umur 5-6 tahun. Berdasarkan 26 penelitian pakar di berbagai negara vaksin MMR tidak terbukti menyebabkan autisme.
Imunisasi Tifoid : untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikan mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.
Imunisasi Hepatitis A : untuk mencegah kerusakan hati karena serangan virus hepatitis A, yang dapat mengakibatkan kematian. Vaksin hepatitis A disuntikkan mulai umur 2 tahun kemudian di ulang pada umr 2,5 – 3 tahun. Imunisasi HPV :untuk mencegah kanker leher rahim karena virus human papiloma (HPV) yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikan 3x pada remaja perempuan mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian.
Benarkah imunisasi AMAN ?
Benar. Jutaan bayi dan anaksetiap hari diimunisasi di 194 negara, diawasi oleh beberapa institusi resmi yang meneliti dan mengawasi imunisasi.Semua institusi resmi di semua negara menyatakan bahwa imunisasi aman bagi bayi balita anak sampai remaja. Institusi-institusi tersebut anggotanya terdiri dari para ahli : penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, toksikologi, farmasi, epidemiologi, biostatistika dll. Karena terbukti aman makasemua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90% (lebih dari 90 % anak/bayi akan di imunisasi). Tidak ada negara yang melarang imunisasi
Benarkah di semua negara ada badan resmi yang mengawasi program imunisasi ?
Benar, di semua negara ada ahli-ahli di badan-badan resmi yang mengawasai program imunisasi yang anggotanya terdiri dari para ahli tersebut di atas. Contohnya di Indonesia terdapat banyak institusi yang mengawasi program imunisasi, antara lain Badan POM (pengawasan obat dan makanan), Badan Litbangkes, Dit SurveilansImunisasi Kesehatan Matra Kenkes, Indonesia Technical Advisory Group for Immunization (ITAGI), Komnas / Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Penyakit Dalam, badan penelitian di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat di beberapa universitas di Indonesia dll. Semua institusi dan badan tersebut menyatakan bahwa imunisasi aman, dan bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit berbahaya.
Konon ada “ilmuwan” menyatakan bahwa “imunisasi berbahaya” ?
Tidak benar imunisasi berbahaya. “Ilmuwan” yang sering dikutip di buku, tabloid, milis blog, twitter, atau facebook, ternyata bukan ahli vaksin, melainkan sarjana hukum, dokter spesialis bedah, statistik, psikolog, homeopati, bakteriologi, wartawan, politikus dan lain-lain sehingga pengetahuan dan pengalaman mereka tentang vaksin sangat sedikit, atau berdasarkan pengalaman pribadi. Sebagian besar mereka aktif pada periode 1950- 1960, atau mengutip sumber informasi pada periode tersebut, sehingga sumber datanya sangat kuno. Padahal jenis dan teknologi pembuatan vaksin telah mengalami kemajuan yang pesat sehingga sangat berbeda dengan keadaan di tahun 1950 – 1960an.
Benarkah “ilmuwan” yang sering dikutip buku, tabloid, milis, ternyata bukan ahli vaksin ?
Ya, mereka semua bukan ahli vaksin.Contoh : Dr Bernard Greenberg (biostatistika tahun 1950), DR. Bernard Rimland (Psikolog), Dr. William Hay (kolumnis), Dr. Richard Moskowitz (homeopatik), dr. Harris Coulter, PhD (penulis buku homeopatik, kanker), Neil Z. Miller, (psikolog, jurnalis), WB Clark (awal tahun 1950) , Bernice Eddy (Bakteriologis tahun 1954), Robert F. Kenedy Jr (sarjana hukum) Dr. WB Clarke (ahli kanker, 1950an), Dr. Bernard Greenberg(1957-1959).
Tidak valid penelitianDr. Wakefield” ttg MMR menyebabkan autism ?
Ya, penelitiannya tidak valid . Dr. Wakefield bukan ahli vaksin, dia dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya berdasarkan sampel 18 anak.Sedangkan lebih dari 26 penelitian lain pada 1000 lebih anak yang dilakukan oleh berbagai ahli menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan MMR dan autism dan telah dipublikasikan oleh AAP (American Academic of Pediatric)
Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian di Inggris, terbukti bahwa metode penelitian Wakefield tidak sahih, sehingga kesimpulannya tidak benar. Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggeris British Medical Journal, Februari 2011.
Benarkah isu di semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ?
Tidak benar. Isu itu karena “ilmuwan” tersebut di atas tidak mengerti isi vaksin, manfaat dan batas keamanan zat-zat di dalam vaksin. Contoh : Yang berbahaya untuk kesehatan adalah METIL merkuri. Di dalam vaksin TIDAK ADA METIL MERKURI, hanya ada ETIL merkuri yang tidak berbahaya, karena sifat etil merkuri sangat berbeda dari metil merkuri, walaupun namanya mirip. (Seperti nama air yang mirip : air mineral, air keras, air raksa, namanya mirip tetapi sifatnya sangat berbeda).
Jumlah etil merkuri yang ada dalam zat timerosal yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin pun sangat sedikit sekitar 150 mcg/kgbb/6 bulan, atau sekitar 6 mcg/ kgbb / minggu, sedangkan batas aman menurut WHO adalah jauh lebih tinggi (159 mcg/ kgbb/ minggu). Oleh karena itu vaksin yang mengandung etil merkuri dosis sangat rendah dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya.
Atas dasar itu, tidak ada negara yang melarang imunisasi, bahkansemua negara berusaha untuk memberikan imunisasi > 90 % bayi dan balita untuk mencegah wabah.
Benarkah isu bahwa “semua zat kimia” berbahaya bagi bayi ?
Tidak benar. Isu itu beredar karena penulis buku, tabloid, milis, tidak memahami benar apa yang disebut “zat kimia”. Mereka tidak tahu bahwa oksigen, air, nasi, buah, sayur, jahe, kunyit, lengkuas, semua tersusun dari zat-zat kimia. Oksigen rumus kimianya O2, air H2O, garam NaCl. Buah dan sayur terdiri zat kimia selulosa, fruktosa, vitamin, mineral, dll. Telur terdiri dari zat kimia protein, asam amino, mineral. Itu semua zat kimia, karena ada rumus kimianya, maka disebut biokimia.Jadi zat-zat kimia umumnya justru sangat dibutuhkan untuk manusia, asal bukan zat yang berbahaya atau dalam takaran yang aman.
Benarkah isu bahwa imunisasi justru melemahkan kekebalan tubuh bayi dan anak ?
Tidak benar. Kadar antibodi (zat kekebalan) bayi dan anak yang telah diimunisasi bila diukur terbukti jauh lebih tinggi daripada bayi anak yang tidak diimunisasi. Berarti imunisasi justru merangsang dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, agar sistem tersebut kelak mampu melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Benarkah isu bahwa vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin anjing, babi, manusia yang sengaja digugurkan?
Tidak benar. Isu itu bersumber dari “ilmuwan” 50 – 60 tahun lalu (tahun 1961-1962). Teknologi pembuatan vaksin sudah lama berkembang sangat pesat dan sangat jauh berbeda dengan pembuatan vaksin tahun 1950an. Tidak ada lagi vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi atau manusia.
Benarkah vaksin mengandung lemak babi ?
Tidak benar. Pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15 – 20 tahun lalu, ketika proses panen bibit beberapa vaksin bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga pada vaksin yang diberikan kepada bayi balita tidak mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus. Oleh karena itusampai saat ini tidak ada negara yang melarang penggunaan vaksin. Contoh : vaksin meningokokus haji diwajibkan oleh pemerintah Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah cacat dan kematian akibat radang otak karena meningokokus.
Benarkah vaksin untuk program imunisasi di Indonesia buatan Amerika ?
Tidak benar. Semua vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Biofarma Bandung, pabrik vaksin yang telah berpengalaman selama lebih 120 tahun. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin WHO.
Benarkah vaksin Program Imunisasi di Indonesia buatan Pt Biofarma juga dipakai oleh 120 negara lain termasuk 36 negara Islam ?
Benar. Karena vaksin Pt Biofarma kualitasnya telah diakui oleh WHO dan banyak negara yang telah lama menggunakan vaksin pt Biofarma mengakui kualitasnya, maka vaksin-vaksin tersebut dibeli dan digunakan oleh 126 negara lain, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.
Benarkah isu program imunisasi hanya di negara muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah?
Tidak benar. Imunisasi saat ini dilakukan di 194 negara, termasuk negara-negara maju dengan status sosial ekonomi tinggi, dan negara-negara non-muslim. Kalau imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka semua negara-negara itu bangsanya akan lemah, karena mereka sampai sekarang tetap melakukan program imunisasi, bahkan lebih dulu, dan jenis vaksinnya lebih banyak. Kenyataannya : bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggijustru lebih kuat, jarang terjadi wabah, angka kematian lebih rendah. Bangsa dengan cakupan imunisasi rendah sering terjadi wabah, sakit berat, cacat dan kematian. Jadi terbukti bahwa imunisasi justru memperkuat kekebalan bangsa terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan.
Benarkah isu di buku, tabloid bahwa di Amerika banyak kematian bayi akibat vaksin ?
Tidak benar. Isu itu karena penulis tidak faham data Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) dari FDA (Food & Drug Agency, semacam Badan POM Indonesia) yang melaporkan bahwa di Amerika tahun 1991-1994 ada 38.787 kejadian ikutan pasca imunisasi. Angka tersebut adalah semua keluhan seperti: nyeri, gatal, merah, bengkak di bekas suntikan, demam, pusing, muntah dan gejala lain yang rutin dicatat kalau ada laporan masuk. Bukan angka kematian akibat vaksin.Karena penulis buku / tabloid tidak mengerti makna adverse event following immunization(KIPI) maka angka tersebut disebarkan sebagai angka kematian bayi 1 – 3 bulan.
Kalau benar angka kematian di AS akibat vaksin begitu tinggi, tentu FDA AS akan heboh dan menghentikan imunisasi. Faktanya Amerika tidak pernah menghentikan imunisasi bahkan mempertahankan cakupan semua imunisasi di atas 90 %. Di Indonesia gejala ikutan pasca imunisasi juga dicatat dan dipantau oleh suatu badan yang disebut Komnas dan Komda KIPI (Komite Nasional dan Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Benarkah berita di media masa bahwa banyak bayi balita cacat atau meninggal akibat imunisasi di Indonesia ?
Tidak benar. Isu ini beredar di media masa karena wartawan seringkali menyimpulkan sendiritanpa konfirmasi kepada profesi yang kompeten. Untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat dalam profesi kedokteran tidak bisa disimpulkan oleh 1-2 orang hanya berdasarkan prakiraan semata, tetapi harus dikaji oleh suatu tim ahli berdasarkan informasi yang lengkap : keterangan keluarga, petugas kesehatan yang memberikan imunisasi, dokter yang merawat di rumah sakit, gejala yang timbul, jarak waktu timbulnya gejala, perkembangan gejala, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, cairan otak, Rontgen, otopsi dll. Kemudian dikaji oleh Komnas / Komda KIPI yang terdiri dari sekelompok pakar penyakit infeksi, imunisasi, imunologi,mikrobiologi, epidemiologi dll. Tidak dapat disimpulkan oleh 1 – 2 orang dengan prakiraan-prakiraan saja.
Apa penyebab cacat atau kematian beberapa anak yang diberitakan oleh media masa ?
Setelah dianalisis oleh sekelompok tim ahli dari Fakultas Kedokteran berdasarkan informasi yang lengkap termasuk pemeriksaan fisik, hasil laboratorium darah, cairan otak, Roentgen dan otopsi (bedah mayat)maka beberapa anak tersebut tersebut cacat atau meninggal bukan karena imunisiasi tetapi karena penyakit lain : tuberkulosis tulang belakang, radang otak, perdarahan otak, atau penyakit lain yang terjadi bersamaan dengan imunisasi.
Demam, bengkak, nyeri, kemerahan setelah imunisasi membuktikan bahwa vaksin berbahaya ?
Tidak benar. Demam, nyeri, kemerahan, bengkak, gatal di bekas suntikan adalah reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Seperti rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Umumnya keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Boleh diberi obat penurun panas, dikompres. Bila perlu dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk diperiksa dan mendapat pengobatan.
Benarkah isu di tabloid, milis, bahwa program imunisasi gagal di banyak negara?
Tidak benar. Isu-isu tersebut bersumber dari data yang sangat kuno (50 – 150 tahun lalu) hanya dari 1 – 2 negara saja, sehingga hasilnya sangat berbeda dengan hasil penelitian terbaru, karena jenis vaksin dan teknologi cara pembuatannya sangat berbeda. Contoh : Isu imunisasi cacar variola gagal, berdasarkan data di Inggeris tahun 1867 – 1880 dan Jepang tahun 1872-1892 (sangat kuno). Fakta terbaru sangat berbeda, bahwa dengan imunisasi cacar variola di seluruh dunia sejak tahun 1980 seluruh dunia bebas cacar variola, Isu imunisasi difteri gagal, berdasarkan data di Jerman tahun 1939. Fakta sampai sekarang vaksin difteri dipakai di seluruh dunia dan terbukti mampu menurunkan kasus difteri sebanyak 95 %. Isu imunisasi pertusis gagal hanya dari data di Kansas dan Nova Scottia tahun 1986. Faktanya sampai sekarang vaksin pertusis dipakai di seluruh dunia dan berhasil menurunkan kasus pertusis lebih dari 80%. Isu imuniasi campak berbahaya hanya berdasar penelitian 1989-1991 pada anak miskin berkulit hitam di Meksiko, Haiti dan Afrika. Faktanya sampai sekarang vaksin campak dipakai di seluruh dunia dan mampu menurunkan jumlah kasus campak 68 – 90 %.
Benarkah isu “ program imunisasi gagal” karena masih banyak penyakit menular walaupun sudah sejak lama ada program imunisasi rutin ?
Tidak benar, karena tidak semua penyakit menular dapat dicegah dengan imunisasi.Sementara ini imunisasi bisa mencegah penyakit: hepatitis A,B, tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, radang paru, radang otak, diare berat rotavirus, campak berat, influenza, cacar air, demam tifoid, radang otak meningokokus dan kanker leher rahim. Dengan program imunisasi yang telah dilaksanakan selama ini maka wabah, sakit berat, cacat dan kematian akibat penyakit tersebut terbukti menurun dengan nyata. Beberapa penyakit lain memang belum dapat dicegah dengan imunisasi antara lain : demam berdarah dengue, malaria, HIV, meningitis virus dll. Pencegahannya antara lain dengan ASI, makanan bergizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, rumah, lingkungan, air bersih untuk memasak, minum dan mandi dan pengobatan segera.
Benarkah isu “program imunisasi gagal”, karena setelah diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ?
Tidak benar program imunisasi gagal, karena perlindungan vaksin memang tidak 100 %. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan bayi balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit tersebut bisa sakit berat, cacat atau meninggal.
Benarkah imunisasi bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan balita?
Benar. Badan penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa : dengan meningkatkan cakupan imunisasi, maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berkurang secara bermakna. Oleh karena itu saat ini program imunisasi dilakukan terus menerus dilakukan di 194 negara, di negara-negara dengan sosial ekonomi tinggi maupun rendah. Semua negara berusaha meningkatkan cakupan agar lebih dari 90 %. Di Indonesia, terjadi wabah polio 2005-2006 karena banyak bayi yang tidak diimunisasi polio, maka menyebabkan 351 anak lumpuh permanen. Setelah digencarkan imunisasi polio terus menerus , sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio baru. Demikian pula penurunan berbagai penyakit lain (difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, campak dll) di Indonesia dan di negara-negara lain
Kalau penyakitnya sudah jarang, tidak perlu imunisasi ?
Tetap perlu imunisasi agar cakupan tetap tinggi. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi menjadi sangat berkurangkarena keberhasilan cakupan imunisasi yang tinggi (lebih dari 80 – 90 persen bayi balita diimunisasi), sehingga penularan terhenti, tidak dapat berkembang biak, tidak terjadi wabah. Kalau kemudian banyak bayi balita tidak diimunisasi, maka penyakit tersebut akan mewabah lagi dengan cepat menimbulkan cacat atau kematian.
Contoh : penyakit Polio, karena lebih 90 % bayi balita diimunisasi maka sejak tahun 2002 sampai 2005 tidak ada lagi di Indonesia. Tetapi kemudian banyak bayi yang lahir sesudah tahun 2002 tidak diimunisai polio maka pada tahun 2005 terjadi wabah polio dari Sukabumi menyebar ke Banten, Lampung, Jawa Tengah, Maduraperiode sejak tahun 1990 – 2000an cakupan imunisasi DPT lebih dari 80 %, maka sangat jarang penyakit difteri. Sejak tahun 2004 banyak orangtua tidak mau bayinya diimunisasi, maka sejak 2008 sampai 2013 terjadi wabah difteri yang mengakibatkan 1798 bayi dan anak di rawat di RS dan 94 meninggal.
Bagaimana orangtua harus bersikap terhadap isu-isu yang menyesatkan tersebut ?
Sebaiknya semua bayi dan balita di imunisasi secara teratur dan lengkap. Saat ini 194 negara di seluruh dunia yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian. Terbukti negara- negara tersebut terus menerus melaksanakanprogram imunisasi, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan cakupan umumnya lebih dari 85 %.
Badan penelitian di berbagai negara membuktikan kalau semakin banyak bayi balita tidak diimunisasi akan terjadi wabah, sakit berat, cacat atau mati, dan telah terbukti di Indonesia : wabah penyakit polio di Jawa Barat tahun 2005-2006 (351 anak lumpuh permanen), wabah campak dibeberapa propinsi tahun 2009 – 2010 (5818 anak dirawat di rumah sakit, meninggal 16), wabah difteri di Jawa Timur tahun 2010- Mei 2012 (1789 anak di rawat di rumah sakit, 94 meninggal).
Bisakah ASI, gizi, suplemen herbal menggantikan imunisasi ?
Tidak bisa. Tidak ada penelitian sahihyang menyatakan imunisasi bisa digantikan oleh ASI, gizi, suplemen herbal, karena kekebalan yang dibentuk imunisasi sangat spesifik. ASI, gizi, suplemen herbal, kebersihan akan memperkuat pertahanan tubuh secara umum, namun tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu yang berbahaya. Kalau jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih bisa sakit berat, cacat atau mati.
Buktinya semua negara kaya dengan gizi baik dan lingkungan bersih tetap melakukan program imunisasi dengan cakupan lebih dari 85 % bayi balita.
Imunisasi akan merangsang pembentukan kekebalan yang spesifik terhadap kuman, virus atau racun kuman tertentu. Kekebalan spesifik bekerja lebih cepat, effektif dan effisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya.
Bolehkah selain diberikan imunisasi, ditambah dengan suplemen gizi dan lain-lain?
Boleh. Selain diberi imunisasi, bayi tetap diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, makanan, minuman, pakaian, mainan, dan lingkungan. Suplemen dapat diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus mendapat perhatian dan kasih sayang dan stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik.
Benarkah bayi dan balita yang TIDAK DI IMUNISASI LENGKAP rawan tertular penyakit berbahaya?
Benar. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik yang memadai terhadap penyakit-penyakit menular berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat.
Benarkah wabah akan terjadi bila banyak bayi dan balita tidak diimunisasi ?
Benar. Itu sudah terbukti di Asia, Afrika, bahkan Eropa dan Amerika, termasuk di Indonesia.
Contoh : wabah polio 2005-2006 di Sukabumi karena banyak bayi balita tidak diimunisasi polio, dalam beberapa bulan virus polio menyebar cepat ke Banten, Lampung, Madura, sampai Aceh, menyebabkan 351 anak lumpuh permanen.
Wabah campak di Jawa Tengah dan Jawa Barat 2009-2011 mengakibatkan 5818 anak di rawat di rumah sakit, 16 anak meninggal, terutama yang tidak diimunisasi campak.
Wabah difteri dari Jawa Timur menyebar ke Kalimantan Timur, Selatan, Tengah, Barat, DKI Jakarta, tahun 2009 – Mei 2012 menyebabkan 1789 anak di rawat di rumah sakit, 94 meninggal terutama yang imunisasinya belum lengkap atau belum pernah imunisasi DPT.
Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi
Untuk mencegah penularan penyakit, wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi- balita kita, mari segera kita lengkapi imunisasi bayi - balita kita
(disampaikan pada Seminar Imunisasi dalam rangka Milad RSIJ Cempaka Putih ke-43, di Auditorium RSIJ Cempaka Putih - Sabtu, 7 Juni 2014)
Bulan Suci Ramadhan kian dekat, saat dimana umat Muslim diwajibkan menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Bulan Ramadhan adalah kesempatan besar untuk menata kembali gaya hidup sehat dan meningkatkan disiplin diri. Melalui puasa seseorang belajar bagaimana mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Secara teknis, tubuh memasuki keadaan berpuasa selama 8 jam atau lebih setelah makanan terakhir dikonsumsi dan ketika pencernaan selesai menyerap zat-zat gizi dari makanan. Dalam kondisi tidak berpuasa, glukosa yang disimpan di hati dan otot digunakan sebagai sumber utama energi tubuh. Pada saat berpuasa, glukosa inilah yang digunakan pertama kali untuk menyediakan energi. Setelah glukosa habis, lemak akan digunakan sebagai sumber energi. Sejumlah glukosa dalam jumlah yang kecil masih diproduksi melalui mekanisme lain di hati. Glukosa yang diproduksi ini akan digunakan untuk proses-proses lain dalam tubuh.
Puasa selama bulan Ramadhan dilakukan hanya dari terbit fajar sampai terbenam matahari, sehingga ada kesempatan bagi tubuh untuk diberi asupan energi dan zat gizi lain setelah berbuka puasa sampai mulai berpuasa lagi. Jika konsumsi makanan pada saat ini dilakukan dengan cara yang tepat, maka akan memberikan keuntungan berupa pengalihan perlahan dari penggunaan glukosa ke lemak sebagai sumber energi dan mencegah kerusakan otot. Penggunaan lemak untuk energi membantu menurunkan berat badan, mempertahankan massa otot, dan dalam jangka panjang akan mengurangi kadar kolesterol darah. Sebagai tambahan, penurunan berat badan akan membantu dalam kontrol terhadap diabetes dan mengurangi tekanan darah. Proses detoksifikasi juga terjadi pada saat berpuasa, karena zat racun yang tersimpan lemak akan larut dan dikeluarkan dari tubuh.
Pola Makan Sehat Selama Bulan Puasa
Puasa di bulan Ramadhan dapat meningkatkan kesehatan seseorang jika mengikuti pola makan yang benar. Pola makan dan makanan yang sembarangan dan tidak dikontrol dapat mengganggu selama puasa. Faktor penentu yang utama sebenarnya bukan dari puasa itu sendiri, akan tetapi makanan yang dikonsumsi pada saat waktu tidak berpuasa (setelah magrib sampai sebelum subuh). Untuk mendapatkan manfaat berpuasa, kita harus bijaksana memilih jenis makanan yang dikonsumsi. Makan berlebihan pada saat berbuka puasa tidak hanya membahayakan tubuh akan tetapi juga mengganggu kesehatan spiritual. Pada bulan puasa otomatis jumlah makanan yang masuk akan lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi tidak berpuasa, sehingga diperlukan makanan dengan kandungan gizi berimbang dan cukup. Usahakan memilih makanan sehat yang tidak jauh berbeda dengan yang sering dikonsumsi pada bukan bulan puasa. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama bulan puasa. Kombinasikan makanan yang dikonsumsi dari berbagai sumber makanan yang menyehatkan dan halal.
Awali Dengan Sahur yang Tepat
Jangan pernah melewatkan sahur. Karbohidrat kompleks yang terdapat pada makanan akan membantu pelepasan energi secara perlahan selama waktu berpuasa. Karbohidrat kompleks terdapat pada misalnya beras merah, beras coklat, oatmeal, gandum utuh, barley, kacang-kacangan, umbi-umbian, buahan, dan sayuran. Makanan yang berkarbohidrat kompleks kaya akan kandungan serat pangan. Konsumsilah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks pada saat sahur. Ditambah dengan sumber protein, lemak, vitamin, mineral serta air. Lakukan sahur menjelang imsak, hal ini bertujuan agar makanan menjadi lebih lama dalam pencernaan sehingga kita tidak merasa lapar yang berlebihan dan tubuh tetap berenergi pada saat berpuasa. Hindari minum kopi, teh ataupun minuman yang bersifat diuretik pada saat sahur. Konsumsi teh diperbolehkan dalam jumlah sedikit. Susu rendah lemak dapat menjadi salah satu pilihan menu sehat saat sahur.
Sesuatu yang kurang tepat yang sering dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa yaitu melakukan sahur pada waktu yang terlalu awal, kemudian tidur lagi. Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan lemak karena kelebihan energi dan tidak ada aktifitas fisik yang cukup untuk memanfaatkan energi yang berasal dari makanan. Selain itu, orang yang sahur pada waktu yang terlalu awal, akan cepat merasa lapar, dan menjadi tidak berenergi serta cepat mengantuk pada siang hari.
Berbuka Puasa Dengan yang Manis
Pada saat berbuka puasa dianjurkan untuk mengkonsumsi yang manis-manis. Tujuannya untuk segera mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal kembali. Contoh makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat sederhana yaitu kurma, buah-buahan segar dan jus, sirup, susu, teh manis, setup buah, kolak, dan kue-kue. Konsumsilah makanan berbuka secukupnya, kurang lebih 10% dari kebutuhan energi. Misalnya 1 cup kolak atau beberapa butir kurma atau 1 cup teh manis hangat dan snack sehat. Tujuannya untuk mempersiapkan saluran pencernaan agar siap menghadapi makanan dalam jumlah besar. Hindari makan besar pada saat berbuka puasa, karena akan mengganggu pencernaan, lambung menjadi shock. Hindari mengkonsumsi kue-kue yang diproses dengan cara digoreng atau yang diproses dengan campuran lemak yang berlebihan. Makanan yang digoreng mengandung lemak yang berlebihan sehingga akan dicerna lebih lama dalam lambung dan mengganggu pada saat makan malam. Hindari juga minuman bersoda, minuman dingin atau yang dicampur es pada saat berbuka karena es dapat menahan rasa lapar sehingga hidangan lain yang lebih bergizi tidak dapat disantap, disamping itu, pH atau keasamannya tergolong rendah sehingga dapat mengganggu pencernaan (lambung).
Makan Malam yang Bergizi, Seimbang dan Cukup.
Setelah berbuka puasa dan sholat magrib, barulah makan besar. Besar disini tidak berarti makan sebanyak-banyaknya. Konsumsi makan malam seperti biasa dalam jumlah yang cukup kurang lebih 40% dari kebutuhan energi. Cukupi kebutuhan nutrisi dari makanan-makanan sumber karbohidrat (beras merah, beras coklat, gandum, oat, ubi-ubian, jagung), sumber protein (daging rendah lemak, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, susu), sumber lemak (ikan, minyak zaitun, kacang-kacangan), sumber vitamin dan mineral (buah-buahan, sayur-sayuran). Hindari makanan yang digoreng atau yang diproses dengan menggunakan lemak yang berlebihan. Hindari juga makanan-makanan yang terlalu pedas atau yang mengandung bumbu yang merangsang karena dapat mengganggu pencernaan. Makan malam yang bergizi, seimbang dan cukup, akan membantu pada saat beribadah sholat tarawih sehingga tidak menjadi lemas dan tetap berenergi, selain itu perut tidak kekenyangan. Setelah sholat tarawih dapat dilanjutkan dengan makan makanan kecil atau snack 10% dari kebutuhan energi. Pilihlah makanan kecil yang sehat, misalnya buah-buahan, roti gandum, kolak ubi, atau oatmeal cookies.
Minum Air yang Cukup
Tubuh manusia terdiri dari 65% air sehingga asupan air pada waktu tidak berpuasa mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup. Air tidak hanya dari air putih saja, tetapi sudah termasuk air yang terkandung dalam susu, teh, kolak, sup, atau makanan lain yang berkuah.
Suplemen
Selama bulan puasa, suplemen dapat dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter khususnya orang yang mengidap penyakit tertentu. Suplemen dapat juga dikonsumsi jika asupan makanan dirasa tidak cukup terpenuhi, juga pada kondisi kerja yang padat atau lingkungan yang dapat menurunkan ketahanan tubuh selama berpuasa. Multivitamin yang mengandung vitamin (A, B, C, E, dan D), serta mineral seperti kalsium, magnesium, besi, iodium, dan lain-lain dapat menyuplai kebutuhan tubuh dan meningkatkan ketahanan tubuh.
Selamat menjalankan Ibadah puasa, semoga keberkahan dari Allah SWT selalu melingkupi kita.
Lihatlah disekitar anda, saat ini rasanya sudah jamak kita lihat baik tua maupun muda, lelaki atau perempuan yang memiliki bobot tubuh yang berlebihan. Kelebihan berat badan ini biasa dikenal dengan istilah obesitas.
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat propoosi lemak tubuh yang berlebihan. Berat 20% diatas normal sudah dikategorikan sebagai obesitas. Secara umum, untuk mengetahui apakah seseorang obesitas atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan Body Mass Index/BMI. Berat yang normal adalah jika hasil BMI nya 18.5-24.9. Jika seseorang memiliki BMI 25-29.5 maka disebut berat badan berlebih, dan obesitas bila seseorang memiliki BMI di atas 30.
Selain masalah estetika, obesitas juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, gangguan pernafasan, dan masalah tidur.
Obesitas biasanya terjadi jika kalori yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang digunakan, namun selain itu ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi seseorang hingga menjadi obesitas, sebagai berikut:
Jika anda atau seseorang yang anda kenal memiliki berat badan berlebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menyusun program menurunkan berat badan agar dapat terhindar dari masalah-masalah kesehatan yang disebabkan oleh obesitas
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa. Gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia merupakan akibat dari proses alami karena adanya penurunan beberapa fungsi dalam tubuh lansia itu sendiri.
Mengenali masalah kesehatan pada lansia perlu dilakukan dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mencapai derajat kesehatan lansia yang seoptimal mungkin.
Masalah kesehatan sering yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Gangguan buang air kecil: keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau social yang akan memperburuk kualitas hidup lansia tersebut. Lansia kemudian sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, hal ini berdampak pada kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih.
Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.
Pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
Gangguan tidur: Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita atau baru saja di dapat
Setelah berolahraga tubuh kita sering merasa lelah, hal ini wajar terjadi karena saat berolahraga energi kita terkuras untuk kegiatan tersebut. Beberapa orang kemudian sempat bertanya-tanya apakah boleh makan setelah berolahraga?
Tubuh memerlukan nutrisi untuk segera melakukan proses pemulihan dan menyediakan cadangan glikogen baru untuk memberikan energi bagi tubuh. Jika energi dari glikogen tidak segera di dapat maka tubuh akan mencari sumber energi lain yang tidak tersedia yaitu protein yang berasal dari otot kita, sehingga kita akan mengalami proses katabolik. Katabolik adalah kehilangan massa otot akibat tidak segera disediakannya sumber energi yang berasal dari karbohidrat.
Setelah 15 menit selesai latihan, tubuh perlu mendapat 'makan' . Hal ini juga bertujuan untuk menstabilkan insulin dalam tubuh agar tidak drop. Bila insulin drop, akan terjadi gangguan sistem metabolisme tubuh, ini mengakibatkan proses pembakaran lemak saat berolahraga menjadi tidak maksimal.
Makanan apa yang tepat untuk dikonsumsi setelah berolahraga?, simak beberapa penjelasan berikut:
1. Gandum
Ketika berolah raga di pagi hari, kekosongan perut harus diisi kembali dengan menu sarapan yang tepat. Makanan berupa roti gandum merupakan pilihan yang tepat, karena mengandung banyak serat yang membantu mengembalikan energi yang hilang setelah berolahraga, dan akan bertahan hingga waktu yang lama.
2. Pisang
Pisang adalah buah yang sangat baik untuk dikonsumsi setelah berolahraga, karena buah ini banyak mengandung gula alami yang baik untuk penambah energi. Kandungan potassiumnya baik untuk mencegah dan meredakan kram otot. Serta kandungan antioksidannya untuk meningkatkan pertumbuhan sel-sel baru.
3. Tinggi Protein
Setelah berolahraga, konsumsilah makanan yang tinggi protein dan rendah lemak, karena protein sangat baik untuk membentuk otot Anda. Anda bisa mencoba menu seperti tuna, kacang-kacangan, tahu, bahkan dada ayam panggang.
4. Sayur-sayuran Hijau
Menu terbaik yang dianjurkan lainnya adalah sayuran. Mengonsumsi sayuran berwarna hijau sarat dengan nutrisi, yang dapat mengisi dan membangun kembali zat pada tubuh Anda yang hilang.
5. Buah-buahan dan Yoghurt
Anda telah membakar banyak kalori ketika berolahraga, saatnya menggantikan kalori yang hilang dengan buah-buahan segar dan yoghurt. Yoghurt akan memberikan Anda protein, sementara gula
alami dan antioksidan akan Anda dapat dari buah-buah segar.
Saat ini, sudah menjadi sesuatu yang lumrah kita melihat orang-orang disekitar kita baik muda ataupun tua, dewasa ataupun anak-anak, laki-laki atau perempuan, yang menghisap rokok. Kegiatan ini dilakukan diberbagai lokasi bahkan ditempat yang jelas-jelas dilarang untuk dilakukan seperti di kendaraan umum dan di dalam gedung yang ber-ac.
Walaupun jumlah perokok seakan tidak berkurang, namun setiap orang atau instansi yang peduli terhadap adanya dampak kesehatan yang diakibatkan karena merokok selalu berupaya berbagai hasil penelitian yang berhubungan dengan dampak dari merokok. Akibat merokok yang dipublikasikan adalah serangan jantung, kanker, gangguan kehamilan dan janin, dan impotensi. Namun diluar hal-hal tersebut ada berbagai akibat merokok yang jarang dipublikasikan, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, sebagai berikut:
Rambut Rontok
Rokok memperlemah sistem kekebalan, sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit seperti lupus erythematosus yang menyebabkan rambut rontok.
Katarak
Katarak, yaitu memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya yang dapat menyebabkan kebutaan, 40% terjadi pada perokok. Rokok dapat menyebabkan katarak dengan cara mengiritasi mata dengan terlepasnya zat-zat kimia di paru-paru yang oleh aliran darah dibawa sampai kemata.
Kulit Keriput
Merokok dapat menyebabkan menuaan dini pada kulit karena rusaknya protein yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A, dan terhambatnya aliran darah. Kulit perokok menjadi kering dan keriput terutama didaerah bibir dan mata.
Kanker Kulit
Merokok tidak menyebabkan melonoma, tetapi merokok dapat menyebabkan meningkatkan kemungkinan kematian akibat penyakit tersebut. Ditengarai bahwa perokok berisiko menderita cutaneus squamus cell kanker, sejenis kanker yang meninggalkan bercak pada kulit.
Hilangnya Pendengaran
Tembakau menyebabkan timbulnya endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam telinga bagian dalam. Perokok dapat kehilangan lebih awal daripada orang yang tidak merokok atau lebih mudah kehilangan pendengaran karena infeksi pendengaran.
Osteoporosis
Karbon monoksida, yaitu zat kimia beracun yang banyak terdapat pada gas buang mobil dan asap rokok lebih mudah terikat dalam darah, sehingga kemampuan udara untuk mengangkat oksigen turun 15% pada perokok, akibatnya tulang orang yang merokok kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah patah/retak dan penyembuhannya 80% lebih lama.
Karies
Rokok mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut, membentuk plak yang berlebihan, membuat gigi menjadi kuning, dan terjadi karies.
Disklori Jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari dan kuku yang meninggalkan warna kuning dan kecoklatan.
Tukak Lambung
Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri yang menyebabkan tukak lambung, juga meminimalisasi kemampuan lambung untuk menetralkan asam lambung setelah makan sehingga akan menggerogoti dinding lambung. Tukak lambung pada perokok lebih sulit disembuhkan.
Penyakit Beurger
Penyakit terjadi karena inflamasi pada arteri vena dan syaraf utama kaki yang mengakibatkan terhambatnya aliran darah dan bila dibiarkan tanpa perawatan akan mengarah kepada gangren (matinya sel tubuh) sehingga pasien perlu diamputasi.
MERS – CoV atau Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus, merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus (Novel Corona Virus). Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan dapat menimbulkan pneumonia berat tetapi berbeda dengan virus MERS-CoV.
MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai dengan berat. Gejala yang timbul seperti demam, batuk dan sesak nafas yang bersifat akut.
Cara penularan MERS-CoV
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat melalui :
Pencegahan dan Pengobatannya
Karena masih tergolong sebagai penyakit baru, belum ada vaksin khusus yang dapat mencegah terjadinya penyakit ini. Bila seseorang terkena penyakit MERS-CoV maka diberikan pengobatan sesuai kondisi pasien. Hingga kini, pengobatan yang diberikan hanya difokuskan pada penanganan akan komplikasi dari penyakit ini. Tindakan isolasi dan karantina mungkin dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit MERS-CoV, kuncinya adalah penanganan yang cepat dan tepat karena mutasi virus Corona sangat cepat sehingga lambatnya penanganan diberikan akan semakin meningkatkan angka kematian.
Secara umum, untuk melindungi diri dari penyakit saluran pernapasan, hendaknya lakukan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:
Di bagian awal ingin menampilkan beberapa “ ungkapan “ yang dapat meningkatkan apresiasi kita terhadap customer,
Pelanggan Adalah Pohon Harta Yang Selalu Akan Menghasilkan Buah Kekayaan Buat Perusahaan. Perusahaan Yang Cerdas Akan Menjaga Kebahagiaan Pelanggan Dengan Pelayanan Yang Penuh Rendah Hati.” – Djajendra
Pelanggan adalah raja..
Anda tidak pernah diberi masalah tanpa ada hikmahnya, kita diberi hikmah dengan menghadapi orang – (Richard Bach, Illusions)
"Orang yang kecewa punya sedikit kesabaran"
"Satu-satunya cara terbaik untuk mengatasi munculnya pertengkaran adalah dengan menghindarinya." (Dale Carnegie)
"Anda tidak pernah mendapat kesempatan kedua untuk memberikan kesan pertama"
"Setiap orang yang mampu memberikan kasih tidak akan pernah hancur, terasing, selalu bebas, netral dan berkembang" (Jhon Roger)
Intinya adalah customer itu sangat penting dan harus selalu dipuaskan terlepas bahwa customer itu sendiri bisa saja pada posisi yang salah, karena pada dasarnya customer ( baca pasien ) adalah orang yang bermasalah dan dengan masalahnya datang kepada kita untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.. dan dengan sejuta permasalahan customer bisa menjadikan dua hal yaitu kemunduran atau kemajuan rumah sakit. Perlu dilihat kembali bahwa setiap organisasi seperti juga rumah sakit mempunyai tujuan untuk tumbuh dan berkembang. Bukan hanya passive survive tapi juga ekspansi secara terus menerus. Pada perspektif ini customer menjadi target oriented. Pokoknya everything for customer....!
Seperti falsafah RS Islam Jakarta Cempaka Putih yang juga kita yakini dalam melaksanakan pelayanan, Inilah falsafah pelayanan prima, “ Pengembangan sistem pelayanan perlu dimulai dengan inisiatif, kreatifitas, dan tanggungjawab untuk menciptakan dinamika kehidupan yang lebih baik lagi bagi para pelanggan.”
Tentunya banyak hal yang harus kita managedan tindakan adalah sesuai peran dan tanggung jawab masing masing. Ada yang struktural dan ada pula yang fungsional.
Salah satu yang penting dalam aspek pelayanan sehari hari adalah komunikasi kepada customer internal maupun eksternal. Kadang-kadang kita lebih fokus mementingkan komunikasi kepada customer eksternal seperti pasien dan keluarganya, padahal komunikasi kepada siapa pun sama pentingnya. Bisa dikatakan petugas rumah sakit yang puas terhadap komunikasi efektif sesama petugas akan menularkan perilaku berkomunikasi yang baik kepada pasien atau keluarganya.
Mari kita lihat kata kata yang sehari-hari keluar dari ucapan kita kepada customer internal maupun eksternal, yang sepertinya kita anggap lumrah, namun sebenarnya kata-kata ini menimbulkan persepsi yang “kurang pas“ dan perlu kita gunakan bahasa pelancar komunikasi seperti di bawah ini ...
Dan respon terbaik kita dalam menanggapi komunikasi pasien terhadap kita adalah, seperti contoh di bawah ini.
1. “ Saya ingin termasuk dalam daftar alamat pelanggan utama” (respon kita : Dengan senang hati saya akan menambahkan nama Ibu pada daftar tersebut. Daftar ini diperuntukkan bagi pelanggan yang memenuhi kualifikasiya itu membayar Rp… jangan katakan “ Bapak harus bayar sekian untuk jadi member “)
2. “ Mengapa saya belum menerima pengembalian pembayarannya? ( respon kita “ Maaf atas penundaan tersebut, tampaknya formulir tidak dilengkapi dengan benar, saya akan membantu memperbaikinya...... hal ini jika terjadi karena ada form yang belum diisi lengkap, jangan kita katakan “ karena Bapak belum mengisi formulir dengan benar “ )
3.“ Bagaimana saya bisabertemu dengan BuTina ? ( respon kita, Maaf Bu Tina tidak ada di tempat beliau sedang tugas luar, Bapak bias menghubunginya selama jam kerja, yaitu senin sampai jumat, biar nanti saya teruskan padanya bahwa Bapak Andi menghubunginya )
4.” Saya menerima pembayaran kembali Rp 25.000 padahal seharusnya Rp 50. 000” (respon kita “Maaf telah membuat Ibu bingung, saya akan lihat catatannya sehingga kita bias sama-sama tahu‘’)
5.“ Mengapa saya harus memberikan kartu identitas saya ? saya sudah menjadi pelanggan di sini bertahun-tahun“, (respon kita “Kami minta identitas untuk perlindungan, Saya tidak ingin keliru memberikan hak Bapak pada orang lain “ ...pelanggan tidak mau mendengar itu kebijakan, sebaiknya jelaskan bagaimana kebijakan itu bermanfaat bagi pelanggan )
7.”Saya tahu bagaimana perasaan anda“ (respon kita, lebihbaik : saya bias mengerti mengapa ibu Ani merasa demikian“ )
8. “ Wah anda benar-benar marah “(respon kita,lebih baik: saya mengerti bagaimana Bapak Amir bias jengkel)
Kita juga bisa menggunakan tehnik komunikasi terapeutik kepada teman sejawat, seperti situasi di bawah ini :
Kantor sangat berantakan. Teman sekerja meletakkan buku dan berkas sembarangan, buku-buku sering berserakan di meja dan sangat jarang dirapikan. Anda merasa tidak nyaman dan merasa malu kalau ada tamu yang ke kantor anda.
Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi ( pada saat yang tepat dan sudah ada trust) terhadap teman anda? .... seperti ini :
“ibu telah meletakkan berkas di atas meja dan buku-buku berserakan juga di meja ”. (clarify)
“Saya merasa tidak nyaman dikarenakan ruangan kita jadi berantakan tidak karuan” (Articulate)
“Saya lebih suka Ibu menyimpan barang barang di tempatnya secara rapi ” (Request)
“Dengan jalan itu ruangan ini akan tampak bersih dan nyaman sehingga ibu dan kita semua jadi betah dan tidak malu bila ada tamu (Encourage). Saya yakin ibu bisa membuat meja lebih rapi ( encourage )
Bahasa pelancar komunikasi di atas sebaiknya kita gunakan untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada orang lain. Ada juga kebiasaan mendengarkan yang buruk yang harus kita hilangkan menurut R. Lyman K. Steil, seperti di bawah ini :
Kenyataannya, bukan saja customer yang bisa kecewa, kita pun sebagai petugas bisa kecewa akibat ulah customer,,..karena kita masih manusia. (mirip syairnya lagu vokalis Candil ... ), nah untuk itulah kita perlu memahami hakekat kesabaran. Mari kita renungkan surat surat Alquran tentang kesabaran di bawah ini.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَايُوَفَّىالصَّابِرُونَأَجْرَهُمْبِغَيْرِحِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَمَنْصَبَرَوَغَفَرَإِنَّذَلِكَلَمِنْعَزْمِالأُمُورِ
“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)
يَاأَيُّهَاالَّذِينَءَامَنُوااسْتَعِينُوابِالصَّبْرِوَالصَّلاَةِإِنَّاللَّهَمَعَالصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْحَتَّىنَعْلَمَالْمُجَاهِدِينَمِنْكُمْوَالصَّابِرِينَ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian.” (Muhammad:31)
Selain bersikap sabar, beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah ....
- maaf saya tingga ldulu sekitar 10 menit untuk mengecek hal ini
- saya perlu mendiskusikan bagaimana sebaiknya memecahkan masalah ini
- Anda ingin saya melakukan apas ekarang ?
- Menurut anda cara apa yang adil untuk menyelesaikan masalah ini ?
- Apa yang bias membuat andas enang ?
Gunakanpengulangan yang sopan
Kalimat kalimat di atas bisa menjadi referensi dalam memberikan kenyamanan dan kepuasan customer atau pelanggan terhadap komunikasi serta memberi apresiasi nilai pelanggan yang sebernarnya.
Rumah sakit yang baik akan menyambungkan hatinya secara mendalam ke hati para pelanggannya. Mereka akan menyatu dalam satu perasaan dan satu persepsi dengan para pelanggannya. Mereka akan selalu mengembangkan dirinya secara bijaksana untuk memberikan segala kebaikan kepada pelanggannya. Mereka akan selalu belajar dari keluh kesah pelanggannya untuk menciptakan hal-hal terbaik buat pelanggan.
Rumah sakit yang baik tidak akan merasa sempurna dan sombong dengan pelayanan mereka, tapi selalu menunduk dengan penuh hormat untuk mendengarkan kritik dan saran dari para pelanggannya. Pelayanan rendah hati akan meningkatkan rasa hormat rumah sakit kepada pelanggan dan perlu fokus pada sisi-sisi kemanusian pelanggan, dengan cara memberikan semua harapan pelanggan sesuai janji-janjinya kepada customer atau pelanggan internal maupun eksternal.
Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mewujudkan rumah sakit melayani customer sesuai dengan perspektif customer...............................................Amien ( Ina )
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS), merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKN di Indonesia sebesar 25%.
Dari hasil analisis, diyakini akan dapat diakselerasi apabila kematian ibu dan kematian neonatal dapat dikurangi secara signifikan. Upaya penurunan AKI dan AKN melalui program EMAS akan dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru.
USAID bekerjasama dengan Muhammadiyah yang telah memiliki tidak kurang 457 rumah sakit, klinik, dan poliklinik tersebar di seluruh Indonesia merupakan jaringan yang sangat kuat dalam rangka menunjang program tersebut.
RS Islam Jakarta Cempaka Putih (RSIJCP) ditunjuk oleh PP Muhammadiayah untuk menjadi pilot project agar mampu memimpin seluruh rumah sakit islam lainnya dalam percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia. Saat ini RSIJCP telah beberapa kali mendapat kunjungan baik dari USAID, Kemetrian Kesehatan dan Rumah Sakit-Rumah Sakit milik Muhammadiyah
© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Admin
Keluhan, Kritik dan Saran
Keluhan, Kritik dan Saran (Senin-Jum'at: 08.00-16.00 WIB) Diluar jam mohon maaf bila lambat merespon..
07:00Informasi
Medical Check Up
Info dan Pendaftaran Medical Check Up.
07:00Pendaftaran Rawat Jalan
Khusus Pasien BPJS
Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Khusus Pasien BPJS (booking maksimal H-1. Baca syarat dan ketentuan.
07:00Pendaftaran Rawat Jalan
Pribadi, Asuransi, dan Perusahaan
Pasien Rawat Jalan dengan Jaminan Pribadi, Asuransi, dan Perusahaan.
07:00