You are here:RSIJCP/Web/Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih - Web
0

Idul Fitri merupakan hari raya umat Muslim yang bermakna sebagai hari kemenangan setelah selama kurang lebih sebulan menunaikan ibadah shaum Ramadhan. Umumnya saat hari raya tersedia berbagai macam hidangan masakan atau makanan ringan yang sering membuat lupa diri saat menyantapnya padahal hidangan tersebut yang memiliki kandungan energi/ kalori cukup tinggi.

Beberapa hidangan masakan saat hari raya umumnya mengandung kalori tinggi dan rendah serat. Pengolahan dengan menggunakan minyak untuk menggoreng dan santan pada kuah sajian masakan menjadikan kandungan kalori dan lemak pada sajian masakan tersebut cukup tinggi. Selain itu, bahan dasar karbohidrat, seperti tepung-tepungan dan gula pada kue-kue ataupun minuman di hari raya juga mengandung kalori tinggi. Apabila tidak dapat membatasi asupan di hari raya, maka kemungkinan dapat menyebabkan dapat meningkatkan berat badan, gangguan pencernaan, dan peningkatan beberapa kadar laboratorium, seperti kadar lemak darah dan kadar glukosa darah untuk individu yang memiliki riwayat penyakit tertentu.

Asupan yang baik terjadi saat energi yang terkandung dalam karbohidrat setara dengan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Ketika asupan kerbohidrat berlebihan, maka kelebihan tersebut akan diubah menjadi lemak. Sedangkan asupan lemak berlebih dapat meningkatkan resiko terjadinya peningkatan kadar lemak darah. Kelebihan lemak darah akan disimpan di dalam jaringan adipose, sementara yang lain terkonversi menjadi trigliserida, LDL, dan HDL.

Anjuran batas konsumsi gula, garam, dan lemak ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.30/2013, yaitu batas konsumsi gula per orang/ hari adalah 50 gr atau 4 sendok makan, garam per orang/hari sebesar 2000 mg atau setara dengan 5 gr garam (1 sendok teh), dan batas konsumsi lemak per orang/hari adalah 67 gr atau 5 sendok makan (penyerapan).

Santapan lezat seperti ketupat sayur, opor ayam, rendang, sambal goreng ati, ataupun kue-kue serta minuman sebaiknya dibatasi konsumsinya karena dapat mengganggu sistem pencernaan setelah lebih kurang sebulan berpuasa dan dengan tiba-tiba mengkonsumsi makanan yang kurang seimbang nilai gizinya. Selain itu, asupan berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan berat badan kembali.

Pembatasan serta kecermatan dalam memilih santapan di hari raya dapat mengendalikan beberapa hal mengenai kesehatan dan status gizi individu, seperti mencegah gangguan pencernaan, seperti sembelit ataupun diare, mencegah peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, serta mencegah peningkatan kadar lemak darah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan mengurangi atau membatasi hidangan masakan yang berlemak tinggi, seperti kuah santan kental pada menu sayur atau pelengkap hewani (opor, rendang, sambal goreng kentang), makanan yang digoreng, dan makanan serta minuman yang manis.

Berikut beberapa tips agar tetap sehat di hari raya:

  • Silaturahmi di pagi hari

Kegiatan bersilaturahmi umumnya akan diikuti dengan mencicipi makanan di tempat-tempat yang akan Anda kunjungi, maka untuk menghindari atau membatasi asupan lakukan silaturahmi di pagi hari menjelang siang hari, yang akan berdampak pada pembakaran lebih besar sebelum tidur malam.

  • Bijak dalam memilih makanan

Pilihlah hidangan masakan yang sehat dan konsumsi dengan tidak berlebihan. Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak, seperti kuah bersantan, makanan yang digoreng, kue dan minuman tinggi gula. Beberapa alternative pilihan pengganti, seperti dapat mengganti pengolahan dengan membakar, menumis, mengukus, dan merebus.

  • Minum air putih lebih banyak

Meneguk segelas air putih sebelum makan bukan hanya baik untuk memberikan rasa kenyang, namun juga bermanfaat untuk mencegahnya sembelit, karena hidangan masakan hari raya yang umumnya tinggi lemak dan rendah serat. Hindari konsumsi minuman dengan kandungan gula tinggi, seperti soft drink, punch buah, atau sirup.

  • Makan secara perlahan

Menyantap makanan secara perlahan akan membantu sistem kerja pencernaan yang belum terbiasa makan dalam jumlah ukuran porsi yang besar setelah Ramadhan. Selain itu, makan secara perlahan juga dapat membantu mengurangi jumlah kalori yang Anda konsumsi.

  • Tambahkan menu sehat seimbang

Sediakan menu yang sehat seimbang, seperti sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat sehingga Anda merasa cepat kenyang dan tidak menyantap makanan lain. Untuk mencegah terjadinya sembelit, sediakan menu buah potong dengan ukuran porsi sedang karena buah pun mengandung kalori, buah dikonsumsi  4 porsi/ hari.

  • Hindari kuah bersantan

Beberapa hidangan masakan hari raya umumnya diolah dengan santan, maka sebaiknya hindari karena kandungan lemak yang tinggi. Anda masih dapat menyantap hidangan masakan yang tersedia tanpa kuah sehingga lebih sehat. Selain itu, hindari juga makanan berlemak lain, seperti daging ayam dengan kulit, daging kambing, atau sambel goreng ati yang berlebihan.

  • Gunakan wadah kecil

Pilihlah wadah ukuran kecil sehingga mencegah Anda untuk mengkonsumsi hidangan masakan secara berlebihan. Pilihlah menu sesuai yang Anda inginkan, hindari mencoba-coba  hidangan  yang tersedia, ataupun mencicipi dalam jumlah sedikit.

  • Makan teratur dengan Pola Seimbang

Atur pola makan seimbang Anda seperti sebelum shaum ramadhan, yaitu sarapan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan sore/ malam dengan ukuran besar porsi yang cukup dan tidak berlebihan. Pola makan seimbang adalah 50% sumber karbohidrat, 20% protein, dan 30 % lemak dengan disertai sayuran dan buah-buahan.

 

Umi Puspita Sari, S.Gz.

23/07/2014
7081 kali
0

Alhamdulillahirabbil'Alamin , segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Satu lagi rezeki dari Allah bagi pegawai RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

Kerjasama yang baik antara kepersertaan pegawai RS Islam Jakarta Cempaka Putih  dengan BPJS  Ketenagakerjaan berbuah manis sehingga pegawai mendapatkan manfaat / nilai tambah berupa bantuan hibah untuk anak pegawai agar berprestasi.

Bantuan diberikan, Kamis 20 Ramadhan 1435 H bertepatan dengan 17 Juli 2014, di Ruang Rapat Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Jakarta salemba.

Pada kesempatan ini hadir Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Jakarta Salemba Muhammad Arif, SE , Kusmaedi dan Kepala Kantor Cabang Bank BJB Jakarta Kemang serta Direktur SDI dan Bindatra RS Islam Jakarta Cempaka Putih H. Sriyono SH , MM.

Tahun ini beasiswa yang diberikan sekitar 700 anak dengan kategaori SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan harapan dapat menjadikan motivasi anak agar berprestasi. Dalam sambutannya disampaikan pula bahwa manfaat lain bagi peserta adalah bantuan uang muka rumah bagi pegawai yang belum mempunyai rumah. Untuk gaji sampai dengan Rp. 5.000.000,- akan diberikan pinjaman sampai dengan Rp. 20.000.000,- sedangkan gaji yang diatas Rp. 5.000.000,- dapat diberikan pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,-. 51 Pegawai RS Islam Jakarta Cempaka Putih mendapatkan bantuan beasiswa Pendidikan anaknya, setelah dilakukan penilaian oleh BPJS Ketenagakerjaan.

H. Sriyono, SH,MM menyampaikan terima kasih atas perhatian dan kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan sehingga dapat lebih memotivasi pegawai dalam meningkatkan kinerjanya.

17/07/2014
12652 kali
0

Melihat anak-anak balita tersenyum sambil memamerkan gigi kecil dan putih tentu sangat menggemaskan,  gigi yang mereka pamerkan itu dikenal dengan gigi susu atau gigi primer yang merupakan sekumpulan gigi pertama. Jumlahnya ada 20, yaitu 10 di rahang atas dan 10 di rahang bawah masing-masing 4 gigi seri, 2 gigi taring dan 4 geraham.

Gigi susu mulai terbentuk di dalam rahim dan mulai muncul di usia 5-8 bulan, meskipun dapat bervariasi dari anak ke anak. Anak laki-laki umumnya lebih lambat mengembangkan gigi susu dibandingkan anak perempuan. Gigi susu terakhir biasanya muncul di usia 2-3 tahun. Pada usia 6 – 12 tahun, gigi susu tanggal satu demi satu untuk diganti gigi permanen. Pada usia 13, seorang anak biasanya tidak memiliki gigi susu yang tersisa, dan sudah memiliki 28 dari 32 gigi dewasa permanen di mulutnya. Gigi permanen terakhir biasanya adalah gigi geraham ketiga atau geraham bungsu, yang muncul dari usia remaja akhir sampai usia pertengahan dua puluhan.

Ada pemahaman keliru beberapa orangtua yang beranggapan bahwa gigi susu tidak perlu dirawat karena  akan tanggal dalam beberapa tahun. Penting diketahui bahwa gigi susu sangat berperan terhadap perkembangan rahang, otot-otot wajah dan kesehatan gigi permanen. Meskipun gigi susu akan digantikan oleh gigi permanen, hal itu harus terjadi di usia yang tepat. Jika gigi susu hilang terlalu awal, gigi-gigi permanen cenderung tidak diposisikan dengan benar, tumbuh miring atau bahkan terhalang gigi lain. Kerusakan dan penyakit pada gigi susu juga dapat dengan mudah berpindah ke gigi permanen. Sebagian gigi susu masih bertahan sampai usia 10 – 12 tahun sehingga banyak kesempatan untuk menularkan pembusukan ke tetangga baru mereka yang permanen. Jika pembusukan menyebar ke akar, infeksi pada akar gigi susu dapat menyusup ke akar gigi tetap. Oleh karena itu, penting sekali bagi para orangtua untuk memerhatikan kesehatan gigi anak mereka.

Beberapa fungsi dan peran gigi susu sebagai berikut:

Fungsi Pengunyahan (mastikasi)

Anak yang sering sakit gigi tentu akan malas untuk mengunyah makanan, hal ini berdampak pada asupan gizi yang tentunya sangat dibutuhkan anak-anak mengingat masa anak-anak adalah masa aktif pertumbuhan dan perkembangan.  Disamping itu berdampak pula terhadap pertumbuhan rahang.  Rahang tidak akan bertumbuh maksimal karena fungsi pengunyahan yang juga tidak maksimal, mengakibatkan gigi-gigi permanen penggantinya kekurangan ruang sehingga gigi berjejal (crowded), posisi gigi depan maju (prostrusi)

Fungsi Bicara (fonetik)

Gigi berperan dalam pengucapan huruf-huruf tertentu seperti F,V,S,Z,Th.  Ketika gigi, terutama gigi depan hilang/rusak berat maka pelafalan beberapa huruf akan kurang tepat (cedal).

Fungsi kecantikan (estetik)

Anak dengan gigi utuh dan rapi akan terlihat semakin cantik/tampan.  Yang perlu dicermati adalah beban psikologis anak ketika teman-temannya mengolok dengan sebutan ‘ompong’ karena giginya gigis (rampant) dan tinggal akar.

Fungsi lainnya

Fungsi mempertahankan ruang dalam lengkung gigi sebagai persiapan pertumbuhan gigi permanen sekaligus menentukan arah pertumbuhan gigi permanen.  Gigi susu karena suatu sebab terpaksa dicabut sebelum waktunya, maka gigi yang terletak di depan/ belakangnya akan bergeser ke ruang bekas gigi yang dicabut.  Hal ini mengakibatkan gigi permanent kekurangan ruang untuk tumbuhnya kelak.  Gigi permanent akan kehilangan penuntun arah, akibatnya gigi tumbuh dengan arah yang salah.

Mengingat pentingnya gigi susu, maka orangtua sebaiknya mengkonsultasikan keadaan gigi buah hatinya pada dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak,  sehingga kemungkinan terjadinya kelainan pada gigi anak dapat dicegah.  Orangtua diharapkan membawa buah hatinya untuk control ke dokter spesialis konservasi gigi anak setiap 3 – 6 bulan sekali, terlebih antara usia 5-12 tahun ketika terjadi pergantian gigi susu ke gigi permanent.  Hal ini untuk menghindari terjadinya persistensi. 

07/07/2014
8168 kali
0

Hari Raya Iedul Fitri datang menjelang, seluruh umat muslim bersiap-siap menyambut kedatangannya tanpa meninggalkan ibadah-ibadah berpahala besar di Bulan Ramadhan. Sebagian orang merencanakan untuk merayakan hari nan fitri itu bersama  handai taulan di kampung halaman. Berbagai persiapanpun telah dilakukan, seperti menyiapkan jadwal acara selama hari raya, persiapan oleh-oleh untuk sanak saudara, dan lain sebagainya.

Bagi yang akan berlebaran di lain pulau atau jarak tempuh yang cukup jauh, akan lebih bijaksana bila menggunakan transportasi umum seperti bis, kapal laut, atau pesawat terbang dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi, namun jika dipertimbangkan penggunaan kendaraan pribadi akan lebih hemat dan nyaman, berikut beberapa tips yang perlu diperhatikan agar perjalanan ke kampung halaman Anda tetap sehat, aman,dan selamat:

  1. Siapkan fisik yang sehat dan prima
  2. Periksa kondisi kelayakan kendaraan
  3. Tidak memakai obat-obatan atau minuman keras ketika mengemudi
  4. Beristirahat setiap 4 jam perjalanan
  5. Jangan memaksakan mengemudi bila lelah /mengantuk
  6. Disiplin dan patuhi rambu-rambu lalu lintas
  7. Kurangi kecepatan kendaraan Anda saat turun hujan/cuaca buruk. Waspada kondisi jalan sempit, bergelombang atau rusak
  8. Kendaraan tidak melebihi muatan dan tidak menyalahi peruntukkan kendaraan (misalnya untuk perjalanan jauh lebih baik pilih mobil daripada motor)
  9. Gunakan masker dan lindungi diri anda dari asap, debu, dan polusi
  10. Tidak menerima makanan/minuman dari orang lain yang tidak Anda kenal
  11. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir sesering mungkin
  12. Konsumsi makanan dan minuman yang bersih dan layak. Perbanyak makan buah dan sayur
  13. Letakkan sampah pada tempat yang benar (tempat sampah)
  14. Tidak buang air kecil/besar sembarangan. Gunakan dan jaga toilet umum agar bersih, sehat, dan nyaman
  15. Manfaatkan posko kesehatan

Selamat jalan semoga selamat sampai tujuan dan berlebaran di kampung halaman bersama handai taulan.

 

Sumber: http://www.promkes.depkes.go.id/

 

04/07/2014
6986 kali
0

Alhamdulillah, puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT,  hari  Rabu, 25 Juni 2014 RS Islam Jakarta Cempaka Putih telah menerima penghargaan dari MarkPlus untuk kategori Local General Hospital Class-B”  dengan predikat Gold Champion Indonesia WOW Brand 2014.

DIREKSI RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH Mengucapkan: “Terima kasih kepada seluruh Pegawai, Dokter, Rekanan, dan Masyarakat yang telah memilih dan menjadikan RS Islam Jakarta Cempaka Putih sebagai rumah sakit kepercayaan Anda”.

26/06/2014
6829 kali
0

Sesuai dengan firman Allah SWT yang menyuruh kita punya keturunan yang banyak dan kuat, kita seharusnya melaksanakan perintah tersebut  dengan cara:

  1.  Berdoa kepada Allah agar keturunan  kita menjadi  manusia yang menyejukkan pandangan mata, menentramkan dan menyenangkan hati, menjadi anak yang sehat fisik mental dan aqidahnya, beriman dan bertaqwa (imtaq), menguasai teknologi (ilmu pengetahuan dan teknologi /iptek), dan sanggup menjadi pemimpin umat yang amanah
  2. Berupaya agar doa tersebut menjadi kenyataan   dengan menjaga dan dan merawat anak-anak  kita sehingga mereka  sehat  lahir bathin,  tumbuh dan  berkembang dengan sempurna sampai menjadi  manusia dewasa yang nantinya  juga  menghasilkan  keturunan yang baik dan kuat

Upaya ini antara lain:

  1. Pendidikan agama dan moral sejak kecil
  2. Pengajaran dan pendidikan tentang hidup sehat (upaya promotif), upaya preventif termasuk meningkatkan ketahanan dan daya tahan terhadap penyakit , pemberian ASI, makanan bergizi,  vitamin,  imunisasi dan lain-lain, dan berobat bila sakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

Dasar-dasar Imunitas Alamiah

Sejak dalam kandungan,  janin telah mendapatkan O2, nutrisi dan kekebalan (imunitas) dari ibu kandungnya dan setelah lahir kekebalan ini hanya dapat mencegah beberapa penyakit yang terpapar pada bayi dan bertahan hanya beberapa bulan (imunitas alamiah yang tidak khas, nonspesific)

Bayi dan anak mempunyai organ dan sel-sel    tubuh yang membuat imunitas yang disebut sistem imun. Sistem  ini menghasilkan zat imun baik seluler  maupun humoral untuk menangkis dan membunuh beberapa kuman, virus, parasit dan mikroorganisme lainnya   hingga  bayi dan anak  tidak menjadi  sakit/sakit berat.

Respon imun dan zat imun tersebut  belum tentu berhasil menolak paparan kuman, virus, parasit, protein asing dan polisakharida  sehingga bayi dan anak masih mempunyai kemungkinan menjadi sakit, sakit berat dan bahkan meninggal.

Manipulasi sistem imun dgn imunisasi

Agar respon imun ditubuh bayi dan anak menjadi respon imun yang dapat menangkis paparan bakteri, virus, parasit tertentu sehingga bayi dan anak tetap sehat, dilakukan tindakan  “manipulasi” yaitu imunisasi dengan memberikan vaksin untuk menghasilkan  Antibodi yang dapat melakukan perlawanan (terjadinya reaksi Antigen-Antibodi) sehingga bayi dan anak tersebut tidak sakit atau hanya sakit ringan.

Imunisasi   adalah tindakan kita memberikan  vaksin (zat yang berasal dari kuman, virus dan lain lain yang dilemahkan) melalui proses yang canggih sehingga aman diberikan dan menghasilkan zat anti (Antibodi) untuk melemahkan dan menghancurkan kuman, virus, parasit dan lain-lain sehingga membuat kita terhindar atau dari sakit / sakit berat.

Imunisasi  adalah Upaya meningkatkan kekebalan tubuh dengan memberikan vaksin tertentu   untuk menghindarkan bayi dan anak sakit berat, cacat  bahkan meninggal. Sampai saat ini sudah didapatkan beberapa vaksin yg berasal  dari kuman dan virus yang dilemahkan, namun sebagian penyakit masih belum dapat dibuat vaksinnya.

Berikut beberapa vaksin yang sudah ada dan terbukti meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu

  • Hepatitis B : untuk mencegah penyakit hati karena infeksi Hepatitis B
  • BCG : untuk mencegah penyakit  Tuberkolusis
  • DPT/DPaT : untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis,Tetanus
  • Polio : untuk mencegah penyakit lumpuh layuh Polio
  • Campak : untuk mencegah penyakit Campak (Morbili)
  • Tifoid : untuk mencegah penyakit tifoid/tifus abdominalis
  • HiB : untuk mencegah penyakit infeksi HiB pada otak/paru
  • MMR : untuk mencegah penyakit Campak, Gondongan, Rubela
  • Varisela : untuk mencegah penyakit  Cacar Air
  • Pneumonia : untuk mencegah penyakit  Radang  Paru  
  • Rotavirus : untuk mencegah penyakit Diare  Rotavirus
  • Meningitis : untuk mencegah penyakit Radang Selaput Otak
  • Papiloma Virus : untuk mencegah pencegah Kanker Serviks

Keberhasilan imunisasi  dapat tercapai maksimal bila:

  • Waktu/umur/jarak waktu  sesuai dengan jadwal 
  • Sesuai jumlah berapa kali vaksin yang ditetapkan sehingga tercapai Antibodi   yang maksimal (1x, 2x, 3x ) misalnya imunisasi DPT harus 3x sebelum umur 1 tahun
  • Bayi dalam keadaan sehat,  tidak dalam keadaan sakit berat, atau menjalani  pengobatan tertentu (dalam keadaan daya tahannya  rendah)
  • Vaksin dalam keadaan baik (perhatikan tanggal kadaluwarsa dan aturan  layak pakai, disimpan dalam suhu tertentu sesuai dengan jenis vaksin/cold chain)

Akibat tidak mendapat imunisasi

  • Bayi dan anak sakit berat bahkan bisa meninggal akibat infeksi  yang berat
  • Bila bayi dan anak di suatu komuniti jumlah yang di vaksin (herd immunities)< dari 80% maka bisa terjadi wabah pada komuniti tersebut.

 

DR Dr Effek Alamsyah SpA MPH

Dipresentasikan pada Seminar Imunisasi RSIJ 7 Juni 2014

09/06/2014
19028 kali
0

Bagaimana cara mencegah  penyakit menular pada bayi dan anak? 

Pencegahan umum  : berikan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, pakaian, mainan, rumah, lingkungan serta penyediaan air bersih untuk makanan & minuman.

Pencegahan spesifik: denganimunisasi lengkap dan teratur, karena dalam waktu 4 – 6  minggu setelah imunisasi akan timbul kekebalan spesifik yang mampu mencegah penularan penyakit, sehingga tidak mudah tertular penyakit berbahaya. Bila tertularpun tidak akan menjadi sakit berat, tidak menularkan pada bayi dan anak lain, sehingga tidak terjadi wabah dan tidak terjadi banyak kematian. 

Benarkah imunisasi BERMANFAAT ? 

Benar. Ahli-ahli di 194 negarayang mengawasi program imunisasi di negara masing-masing menyatakan bahwa imunisasi terbukti bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat atau kematian akibat penyakit menular tertentu. Oleh karena itu  sampai saat ini imunisasi di lakukan secara rutin di seluruh dunia, dinegara-negara kaya yang bersih dengan gizi baik, maupun dinegara-negara miskin dengan lingkungan yang kurang bersih. Semua negara berlomba untuk mengimunisasi lebih dari 90% bayi dan balita, untuk mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.

Di Indonesia, pemerintah menyediakan vaksin gratis di sarana kesehatan pemerintah meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib, Campak, dT, TT.Imunisasi yang belum disediakan gratis oleh pemerintah antara lain : Rotavirus, Pneumokokus, Influenza, MMR, Demam Tifoid, Cacar air, Hepatitis A,  Kanker Leher Rahim (HPV)vaksin anti Rabies,  Meningokokus, dan demam kuning (yelli.

Imunisasi Hepatitis B : untuk mencegahkerusakan hati akibat serangan virus Hepatitis B. Bila berlanjut sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B disuntikkan di paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari Ibu pada bayinya, karena banyak ibu hamil  di Indonesia tidak tahu bahwa didalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Oleh karena itu sebaiknya ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B (juga toksoplasma, rubela,  sitomegali dan herpes). Sebelum imunisasi bayi baru lahir sebaiknya disuntikkan vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu vaksin hepatitis B disuntikan  pada usia 1 bulan dan pada usia 6 bulan, dapat digabung dengan imunisasi DPT dan Hib.

Imunisasi Polio: untuk mencegahkelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel syaraf di sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak dapat lumpuh seluruh tubuh dan menyebabkan kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan pulang ke rumah, dilanjutkan pada umur 2, 4, 6, 18-24  bulan dan 5 tahun. Vaksin polio suntikan khusus untuk bayi balita yang kekebalannya rendah karena penyakit atau karena sedang dalam pengobatan yang mengganggu kekebalan.

Imunisasi BCG : untuk mencegahtuberkulosis (Tbc) berat pada  paru, otak,  kelenjar getah bening dan tulang sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan. Bekas suntikan setelah 1 bulan dapat timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah, keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri, adalah reaksi yang umum terjadi dan tidak berbahaya. Bersihkan dengan alkohol atau iodin. Koreng akan menyembuh dalam beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.

Imunisasi DPT atau DPaT : untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus.Kuman Difteri membentuk membran tebal yang menyumbat jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang melumpuhkan otot jantung, sehingga banyak menimbulkan kematian. KumanPertusismengakibatan batuk hebat dan lama, sesak napas, radang paru   sehingga banyak menyebabkan kematian bayi. Kuman Tetanusmasuk melalui tali pusat, atau luka dalam yang sempit, kemudian kuman mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot, sehingga otot seluruh tubuh menjadi kaku, tidak bisa minum, makan atau bernafas, sehingga banyak menimbulkan kematian.

Vaksin DPT disuntikkan di paha mulai umur 2 bulan, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan, 4-6 bulan,  dan 18-24 bulan, dapat digabung dengan vaksin Hepatitis B dan Hib. Dilanjutkan lagi di lengan pada umur  5-6 tahun, 10-12 tahun dan 18 tahun, dengan vaksin yang isinya sedikit berbeda (DT, Td atau TT)

Imunisasi Hib dan Pneumokokus : untuk mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkanradang paru  (pneumonia), radang telinga tengah  dan radang otak (meningitis) yang banyak menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan Pneumokokus disuntikan mulai  umur 2, 4, 6, dan 15 bulan, dapat digabung dengan vaksin DPT atau DPaT.

Imunisasi Rotavirus: untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,  sehingga banyak  menyebabkan kematian. Vaksin Rotavirus di teteskan perlahan ke mulut bayi mulai  umur 2, 4  (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.

Imunisasi Influenza : untuk mencegahserangan virus influenza yang mengakibatkan demam tinggi, batuk pilek hebat, sesak nafas, radang paru,  sehingga dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza disuntikan mulai  umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah,  remaja, dewasa  bahkan  usia lanjut.

Imunisasi Campak : untuk mencegah serangan virus campak yang mengakibatkan  demam tinggi, ruam di kulit, mata, mulut, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak mengakibatkan kematian. Vaksin campak disuntikkan mulai usia 9 bulan dan booster 2 tahun.

Imunisasi Cacar air (varisela) : untuk mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim. Vaksin cacar air disuntikkan mulai umur 1 tahun.

Imunisasi MMR : untuk  mencegah serangan virus MMR, yaitu Mumps (gondongan, mengakibatkan radang buah zakar, mandul), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman) yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta, tuli, keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi. Vaksin MMR disuntikan mulai  umur 15 bulan dan di ulang pada umur 5-6 tahun. Berdasarkan 26 penelitian pakar di berbagai negara vaksin MMR tidak terbukti menyebabkan autisme.

Imunisasi Tifoid : untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikan mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

Imunisasi Hepatitis A : untuk mencegah kerusakan hati karena serangan virus hepatitis A, yang dapat  mengakibatkan kematian. Vaksin hepatitis A disuntikkan mulai umur 2 tahun kemudian di ulang pada umr 2,5 – 3 tahun. Imunisasi HPV  :untuk mencegah kanker leher rahim karena virus human papiloma (HPV) yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikan 3x pada remaja perempuan  mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian.  

Benarkah imunisasi AMAN ? 

Benar. Jutaan bayi dan anaksetiap hari diimunisasi di  194 negara, diawasi oleh beberapa institusi resmi yang meneliti dan mengawasi  imunisasi.Semua institusi resmi di semua negara menyatakan bahwa imunisasi aman bagi bayi balita anak sampai remaja. Institusi-institusi tersebut anggotanya terdiri dari para ahli : penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, toksikologi, farmasi, epidemiologi, biostatistika dll. Karena terbukti aman makasemua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90% (lebih dari 90 % anak/bayi akan di imunisasi). Tidak ada negara yang melarang imunisasi

Benarkah di semua negara ada badan resmi yang mengawasi program imunisasi ? 

Benar, di semua negara ada ahli-ahli di badan-badan resmi yang mengawasai program imunisasi yang anggotanya terdiri dari para ahli tersebut di atas. Contohnya di Indonesia terdapat banyak institusi yang mengawasi program imunisasi, antara lain Badan POM (pengawasan obat dan makanan), Badan Litbangkes, Dit SurveilansImunisasi Kesehatan Matra Kenkes, Indonesia Technical Advisory Group for Immunization (ITAGI), Komnas / Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Penyakit Dalam, badan penelitian di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat di beberapa universitas di Indonesia dll. Semua institusi dan badan tersebut menyatakan bahwa imunisasi aman, dan bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit berbahaya.

Konon ada “ilmuwan” menyatakan bahwa “imunisasi berbahaya” ? 

Tidak benar imunisasi berbahaya. “Ilmuwan”  yang sering dikutip di buku, tabloid, milis blog, twitter, atau facebook, ternyata bukan ahli vaksin, melainkan sarjana hukum, dokter spesialis bedah,   statistik, psikolog, homeopati, bakteriologi, wartawan, politikus dan lain-lain  sehingga pengetahuan dan pengalaman mereka tentang vaksin sangat sedikit, atau berdasarkan pengalaman pribadi. Sebagian besar mereka  aktif pada periode 1950- 1960, atau mengutip sumber informasi pada periode tersebut, sehingga sumber datanya sangat kuno. Padahal jenis dan teknologi pembuatan  vaksin telah mengalami kemajuan yang pesat sehingga sangat berbeda dengan keadaan di tahun 1950 – 1960an.

Benarkah “ilmuwan” yang sering dikutip buku,  tabloid, milis, ternyata  bukan ahli vaksin ? 

Ya, mereka semua bukan ahli vaksin.Contoh : Dr Bernard Greenberg (biostatistika tahun 1950), DR. Bernard Rimland (Psikolog),  Dr. William Hay (kolumnis),  Dr. Richard Moskowitz (homeopatik), dr. Harris Coulter,  PhD (penulis buku homeopatik, kanker), Neil Z. Miller,  (psikolog, jurnalis), WB Clark (awal tahun 1950) , Bernice Eddy (Bakteriologis tahun 1954), Robert F. Kenedy Jr (sarjana hukum)  Dr. WB Clarke (ahli  kanker, 1950an), Dr. Bernard Greenberg(1957-1959).

Tidak valid penelitianDr. Wakefield” ttg  MMR menyebabkan autism ? 

Ya, penelitiannya tidak valid .  Dr. Wakefield bukan ahli vaksin, dia  dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya berdasarkan sampel 18 anak.Sedangkan lebih dari  26 penelitian lain pada 1000 lebih  anak yang dilakukan oleh berbagai ahli menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan MMR dan autism dan telah dipublikasikan oleh AAP (American Academic of Pediatric)

Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian di Inggris, terbukti bahwa metode penelitian Wakefield tidak sahih, sehingga kesimpulannya tidak benar.  Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggeris British Medical Journal, Februari 2011.

Benarkah isu di semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ? 

Tidak benar. Isu itu karena “ilmuwan” tersebut di atas  tidak mengerti isi vaksin, manfaat dan batas keamanan zat-zat di dalam vaksin.                                                                                                                               Contoh : Yang berbahaya untuk kesehatan adalah METIL merkuri. Di dalam vaksin TIDAK ADA METIL MERKURI, hanya ada ETIL merkuri yang tidak berbahaya, karena sifat etil merkuri sangat berbeda dari metil merkuri, walaupun namanya mirip. (Seperti nama air yang mirip : air mineral, air keras, air raksa, namanya mirip tetapi sifatnya sangat berbeda).

Jumlah etil merkuri yang ada dalam zat timerosal yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin pun sangat sedikit sekitar 150 mcg/kgbb/6 bulan, atau  sekitar 6 mcg/ kgbb / minggu, sedangkan batas aman menurut WHO adalah jauh lebih tinggi  (159 mcg/ kgbb/ minggu). Oleh karena itu vaksin yang mengandung etil merkuri dosis sangat rendah dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya.

Atas dasar itu, tidak ada negara yang melarang imunisasi, bahkansemua negara berusaha untuk memberikan imunisasi > 90 % bayi dan balita untuk mencegah wabah.  

Benarkah isu bahwa “semua zat kimia”  berbahaya bagi bayi ? 

Tidak benar. Isu itu beredar karena penulis buku, tabloid, milis, tidak memahami benar apa yang disebut “zat kimia”. Mereka tidak tahu bahwa oksigen, air, nasi, buah, sayur, jahe, kunyit, lengkuas, semua tersusun dari zat-zat kimia. Oksigen rumus kimianya O2, air H2O, garam NaCl. Buah dan sayur terdiri zat kimia selulosa, fruktosa, vitamin, mineral, dll. Telur terdiri dari zat kimia protein, asam amino, mineral.   Itu semua zat kimia, karena ada rumus kimianya, maka disebut biokimia.Jadi zat-zat kimia umumnya  justru sangat dibutuhkan untuk manusia,  asal bukan zat yang berbahaya atau dalam takaran yang aman. 

Benarkah isu bahwa imunisasi justru melemahkan kekebalan tubuh bayi dan anak ? 

Tidak benar. Kadar antibodi (zat kekebalan) bayi dan anak yang telah diimunisasi bila diukur terbukti jauh lebih tinggi daripada bayi anak yang tidak diimunisasi. Berarti imunisasi  justru merangsang dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, agar sistem tersebut kelak mampu melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.

Benarkah isu bahwa vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin anjing, babi,  manusia yang sengaja digugurkan?

Tidak benar. Isu itu bersumber dari “ilmuwan”  50 – 60 tahun lalu (tahun 1961-1962). Teknologi pembuatan vaksin sudah lama  berkembang sangat pesat dan sangat jauh berbeda dengan pembuatan vaksin tahun 1950an. Tidak  ada lagi vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi atau manusia.

Benarkah vaksin mengandung lemak babi ?

Tidak benar. Pada proses penyemaian induk bibit  vaksin tertentu 15 – 20 tahun lalu,  ketika proses panen bibit beberapa vaksin bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga pada vaksin yang diberikan kepada bayi balita tidak mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus. Oleh karena itusampai saat ini tidak ada negara yang melarang penggunaan vaksin.  Contoh : vaksin meningokokus  haji diwajibkan oleh pemerintah Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah cacat dan kematian akibat radang otak karena meningokokus.

Benarkah vaksin untuk program  imunisasi di Indonesia buatan Amerika ?

Tidak benar. Semua vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah  buatan PT Biofarma Bandung, pabrik vaksin yang telah berpengalaman selama lebih 120 tahun. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin  WHO. 

Benarkah vaksin Program Imunisasi  di Indonesia buatan Pt Biofarma juga dipakai oleh 120 negara lain termasuk 36 negara Islam ?

Benar. Karena vaksin Pt Biofarma kualitasnya telah diakui oleh WHO dan banyak negara yang telah lama menggunakan vaksin pt Biofarma mengakui kualitasnya, maka vaksin-vaksin tersebut  dibeli dan digunakan oleh   126 negara lain, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.

Benarkah isu program  imunisasi hanya di negara muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah?

Tidak benar. Imunisasi saat ini dilakukan di 194 negara, termasuk negara-negara maju  dengan status sosial ekonomi tinggi, dan negara-negara non-muslim.   Kalau imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka semua negara-negara itu bangsanya akan lemah, karena mereka sampai sekarang  tetap melakukan program imunisasi, bahkan  lebih dulu, dan jenis vaksinnya lebih banyak.  Kenyataannya : bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggijustru lebih kuat, jarang terjadi wabah, angka kematian lebih rendah. Bangsa dengan cakupan imunisasi rendah sering terjadi wabah, sakit berat, cacat dan kematian. Jadi terbukti bahwa imunisasi justru memperkuat kekebalan bangsa terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan.

Benarkah isu di buku, tabloid bahwa di Amerika banyak kematian bayi  akibat vaksin ?

Tidak benar. Isu itu karena penulis tidak faham data Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) dari FDA (Food & Drug Agency, semacam Badan POM Indonesia) yang melaporkan bahwa di Amerika tahun 1991-1994 ada 38.787  kejadian ikutan pasca imunisasi. Angka tersebut adalah semua keluhan seperti: nyeri, gatal, merah, bengkak di bekas suntikan, demam, pusing, muntah dan gejala lain yang  rutin dicatat kalau ada laporan masuk. Bukan angka kematian akibat vaksin.Karena penulis buku / tabloid tidak mengerti makna adverse event following immunization(KIPI) maka  angka tersebut disebarkan sebagai angka kematian bayi 1 – 3 bulan.

Kalau benar angka kematian di AS akibat vaksin begitu tinggi,  tentu FDA AS akan heboh dan menghentikan imunisasi. Faktanya Amerika tidak pernah menghentikan imunisasi bahkan mempertahankan cakupan semua imunisasi di atas 90 %. Di Indonesia gejala ikutan pasca imunisasi juga dicatat dan dipantau oleh suatu badan yang disebut Komnas dan Komda KIPI (Komite Nasional dan Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

Benarkah berita di media masa  bahwa banyak bayi balita cacat atau meninggal  akibat imunisasi di Indonesia ?

Tidak benar. Isu ini beredar di media masa karena wartawan seringkali menyimpulkan sendiritanpa konfirmasi kepada profesi yang kompeten. Untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat dalam profesi kedokteran tidak bisa disimpulkan oleh 1-2 orang hanya berdasarkan prakiraan semata, tetapi harus dikaji oleh suatu tim ahli berdasarkan informasi yang lengkap : keterangan keluarga, petugas kesehatan yang memberikan imunisasi, dokter yang merawat di rumah sakit, gejala yang timbul, jarak waktu timbulnya gejala, perkembangan gejala, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, cairan otak, Rontgen,  otopsi dll.   Kemudian dikaji oleh Komnas / Komda KIPI yang terdiri dari sekelompok pakar penyakit infeksi, imunisasi, imunologi,mikrobiologi, epidemiologi dll.  Tidak dapat  disimpulkan oleh 1 – 2 orang dengan prakiraan-prakiraan saja.

Apa penyebab cacat atau kematian beberapa anak yang diberitakan oleh media masa ?

Setelah dianalisis oleh sekelompok tim ahli dari Fakultas Kedokteran berdasarkan informasi yang lengkap termasuk pemeriksaan fisik, hasil laboratorium darah, cairan otak, Roentgen dan otopsi (bedah mayat)maka beberapa anak tersebut  tersebut cacat atau meninggal bukan karena imunisiasi tetapi karena penyakit lain : tuberkulosis tulang belakang, radang otak, perdarahan otak, atau penyakit lain yang terjadi bersamaan dengan imunisasi.

Demam, bengkak, nyeri, kemerahan setelah imunisasi membuktikan bahwa vaksin berbahaya ?

Tidak benar. Demam, nyeri, kemerahan, bengkak, gatal di bekas suntikan adalah reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Seperti rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Umumnya keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Boleh diberi obat penurun panas, dikompres. Bila perlu dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk diperiksa dan mendapat  pengobatan.

Benarkah  isu  di tabloid, milis, bahwa  program imunisasi gagal di banyak negara?

Tidak benar. Isu-isu tersebut bersumber dari data yang sangat kuno (50  – 150 tahun  lalu) hanya dari 1 – 2 negara saja, sehingga hasilnya sangat berbeda  dengan hasil penelitian terbaru, karena jenis vaksin dan teknologi cara pembuatannya  sangat berbeda. Contoh : Isu imunisasi cacar variola gagal,  berdasarkan data di Inggeris tahun 1867 – 1880 dan Jepang tahun 1872-1892 (sangat kuno).  Fakta terbaru sangat berbeda, bahwa dengan imunisasi cacar variola  di seluruh dunia sejak tahun 1980  seluruh dunia bebas cacar variola, Isu imunisasi difteri gagal, berdasarkan data di Jerman tahun 1939. Fakta sampai sekarang  vaksin difteri dipakai di seluruh dunia dan terbukti mampu menurunkan kasus difteri  sebanyak 95 %. Isu imunisasi pertusis gagal hanya dari data di Kansas dan Nova Scottia tahun 1986. Faktanya sampai sekarang vaksin pertusis dipakai di seluruh dunia dan berhasil menurunkan kasus pertusis lebih dari 80%. Isu imuniasi campak berbahaya hanya berdasar penelitian 1989-1991 pada anak miskin berkulit hitam di Meksiko, Haiti dan Afrika. Faktanya sampai sekarang vaksin campak dipakai di seluruh dunia dan mampu menurunkan jumlah kasus campak 68 – 90 %.

Benarkah isu “ program imunisasi  gagal”  karena masih banyak penyakit menular walaupun sudah sejak lama ada program  imunisasi rutin ?

Tidak benar, karena tidak semua penyakit menular dapat dicegah dengan imunisasi.Sementara ini imunisasi bisa mencegah penyakit: hepatitis A,B,  tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, radang paru, radang otak, diare berat rotavirus, campak berat, influenza, cacar air, demam tifoid, radang otak meningokokus dan kanker leher rahim. Dengan program imunisasi yang telah dilaksanakan selama ini maka wabah, sakit berat, cacat dan kematian akibat penyakit tersebut terbukti menurun dengan nyata.                                                                 Beberapa penyakit lain memang belum dapat dicegah dengan imunisasi antara lain : demam berdarah dengue, malaria, HIV,  meningitis virus dll. Pencegahannya antara lain dengan ASI, makanan bergizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, rumah, lingkungan, air bersih untuk memasak, minum dan mandi dan pengobatan segera.                    

Benarkah isu “program imunisasi gagal”, karena setelah diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ?

Tidak benar program imunisasi gagal, karena perlindungan vaksin memang tidak 100 %. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan bayi  balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit tersebut bisa sakit berat, cacat atau meninggal.

Benarkah imunisasi  bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan balita?

Benar.  Badan penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa : dengan meningkatkan cakupan imunisasi, maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berkurang secara bermakna.  Oleh karena itu saat  ini program imunisasi dilakukan terus menerus dilakukan di 194 negara, di negara-negara dengan sosial ekonomi tinggi maupun rendah.  Semua negara berusaha meningkatkan cakupan agar lebih dari 90 %. Di Indonesia, terjadi wabah polio 2005-2006 karena banyak bayi yang tidak diimunisasi polio, maka  menyebabkan 351 anak lumpuh permanen. Setelah digencarkan imunisasi polio terus menerus , sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio baru. Demikian pula penurunan berbagai penyakit lain (difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, campak dll) di Indonesia dan di negara-negara lain

Kalau penyakitnya sudah jarang, tidak perlu imunisasi ?

Tetap perlu imunisasi agar cakupan tetap tinggi. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi  menjadi sangat berkurangkarena keberhasilan cakupan imunisasi yang tinggi (lebih dari 80 – 90 persen bayi balita diimunisasi), sehingga penularan terhenti, tidak dapat berkembang biak, tidak terjadi wabah. Kalau kemudian banyak bayi balita tidak diimunisasi, maka penyakit tersebut akan mewabah lagi dengan cepat menimbulkan cacat atau kematian.

Contoh : penyakit Polio, karena lebih 90 % bayi balita diimunisasi maka sejak tahun 2002 sampai 2005 tidak ada lagi di Indonesia. Tetapi kemudian  banyak bayi yang lahir sesudah tahun 2002 tidak diimunisai polio maka pada tahun 2005 terjadi wabah polio dari Sukabumi menyebar ke Banten, Lampung, Jawa Tengah, Maduraperiode  sejak tahun 1990 – 2000an cakupan imunisasi DPT lebih dari 80 %, maka sangat jarang penyakit difteri. Sejak tahun 2004 banyak orangtua tidak mau bayinya diimunisasi, maka sejak 2008 sampai 2013 terjadi  wabah difteri yang mengakibatkan 1798  bayi dan anak di rawat di RS dan 94 meninggal.

Bagaimana orangtua harus bersikap terhadap isu-isu yang menyesatkan tersebut ?

Sebaiknya semua bayi dan balita di imunisasi secara teratur dan  lengkap. Saat ini 194 negara di seluruh dunia yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian. Terbukti negara- negara tersebut terus menerus melaksanakanprogram imunisasi, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan cakupan umumnya lebih dari 85 %.

Badan penelitian di berbagai negara membuktikan kalau semakin banyak bayi balita tidak diimunisasi akan terjadi wabah, sakit berat, cacat atau mati, dan telah terbukti di Indonesia : wabah penyakit polio di Jawa Barat tahun 2005-2006 (351 anak lumpuh permanen), wabah campak dibeberapa propinsi tahun 2009 – 2010 (5818 anak dirawat di rumah sakit, meninggal 16), wabah difteri di Jawa Timur tahun 2010- Mei 2012 (1789 anak di rawat di rumah sakit, 94 meninggal).

Bisakah  ASI, gizi, suplemen herbal  menggantikan imunisasi ?

Tidak bisa. Tidak ada penelitian sahihyang menyatakan imunisasi bisa digantikan oleh  ASI, gizi, suplemen herbal, karena kekebalan yang dibentuk imunisasi sangat spesifik. ASI, gizi, suplemen herbal, kebersihan akan memperkuat pertahanan tubuh secara umum, namun  tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu yang berbahaya. Kalau  jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih bisa sakit berat, cacat atau mati.

Buktinya semua negara kaya dengan gizi baik dan lingkungan bersih tetap melakukan program imunisasi dengan cakupan lebih dari 85 % bayi balita.

Imunisasi akan merangsang pembentukan kekebalan yang spesifik  terhadap kuman, virus atau racun kuman tertentu. Kekebalan spesifik  bekerja lebih cepat, effektif dan effisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya.

Bolehkah selain diberikan imunisasi, ditambah dengan suplemen gizi  dan lain-lain? 

Boleh. Selain diberi imunisasi, bayi tetap diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, makanan, minuman, pakaian, mainan,  dan lingkungan. Suplemen dapat diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus mendapat perhatian dan kasih sayang dan stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik. 

Benarkah bayi dan balita yang TIDAK DI IMUNISASI LENGKAP  rawan tertular penyakit berbahaya? 

Benar. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik yang memadai terhadap penyakit-penyakit menular berbahaya.  Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat. 

Benarkah wabah akan terjadi bila banyak bayi dan balita tidak diimunisasi  ?

Benar. Itu sudah terbukti di Asia, Afrika, bahkan  Eropa dan Amerika, termasuk  di Indonesia.

Contoh : wabah polio 2005-2006 di Sukabumi karena banyak bayi balita tidak diimunisasi polio, dalam beberapa bulan  virus polio menyebar cepat ke Banten, Lampung, Madura, sampai Aceh, menyebabkan 351 anak lumpuh permanen.

Wabah campak di Jawa Tengah dan Jawa Barat  2009-2011 mengakibatkan  5818 anak di rawat di rumah sakit, 16 anak  meninggal, terutama yang tidak diimunisasi campak.

Wabah difteri dari Jawa Timur menyebar ke Kalimantan Timur, Selatan, Tengah, Barat, DKI Jakarta, tahun 2009 – Mei 2012 menyebabkan 1789 anak di rawat di rumah sakit, 94 meninggal terutama yang imunisasinya belum lengkap atau belum pernah imunisasi DPT.

Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi

  • Sekretaris Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
  • Anggota Indonesia Technical Advisory Group for Immunization(ITAGI)
  • Ketua Divisi Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, RSCM
  • Anggota tim peneliti vaksin Dengue, Pentavalen dan Influenza

Untuk mencegah penularan penyakit, wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi- balita kita, mari segera kita lengkapi imunisasi bayi - balita kita

(disampaikan pada Seminar Imunisasi dalam rangka Milad RSIJ Cempaka Putih ke-43, di Auditorium RSIJ Cempaka Putih - Sabtu, 7 Juni 2014)

 

 

07/06/2014
17191 kali
0

Bulan Suci Ramadhan kian dekat, saat dimana umat Muslim diwajibkan menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Bulan Ramadhan adalah kesempatan besar untuk  menata kembali gaya hidup sehat dan meningkatkan disiplin diri. Melalui puasa seseorang belajar bagaimana mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Secara teknis, tubuh memasuki keadaan berpuasa selama 8 jam atau lebih setelah makanan terakhir dikonsumsi dan ketika pencernaan selesai menyerap zat-zat gizi dari makanan. Dalam kondisi tidak berpuasa, glukosa yang disimpan di hati dan otot digunakan sebagai sumber utama energi tubuh. Pada saat berpuasa, glukosa inilah yang digunakan pertama kali untuk menyediakan energi. Setelah glukosa habis, lemak akan digunakan sebagai sumber energi. Sejumlah glukosa dalam jumlah yang kecil masih diproduksi melalui mekanisme lain di hati. Glukosa yang diproduksi ini akan digunakan untuk proses-proses lain dalam tubuh.

Puasa selama bulan Ramadhan dilakukan hanya dari terbit fajar sampai terbenam matahari, sehingga ada kesempatan bagi tubuh untuk diberi asupan energi dan zat gizi lain setelah berbuka puasa sampai mulai berpuasa lagi. Jika konsumsi makanan pada saat ini dilakukan dengan cara yang tepat, maka akan memberikan keuntungan berupa pengalihan perlahan dari penggunaan glukosa ke lemak sebagai sumber energi dan  mencegah kerusakan otot. Penggunaan lemak untuk energi membantu menurunkan berat badan, mempertahankan massa otot, dan dalam jangka panjang akan mengurangi kadar kolesterol darah. Sebagai tambahan, penurunan berat badan akan membantu dalam kontrol terhadap diabetes dan mengurangi tekanan darah. Proses detoksifikasi juga terjadi pada saat berpuasa, karena zat racun yang tersimpan lemak akan larut dan dikeluarkan dari tubuh.

Pola Makan Sehat Selama Bulan Puasa

Puasa di bulan Ramadhan dapat meningkatkan kesehatan seseorang jika mengikuti pola makan yang benar. Pola makan dan makanan yang sembarangan dan tidak dikontrol dapat mengganggu selama puasa. Faktor penentu yang utama sebenarnya bukan dari puasa itu sendiri, akan tetapi makanan yang dikonsumsi pada saat waktu tidak berpuasa (setelah magrib sampai sebelum subuh). Untuk mendapatkan manfaat berpuasa, kita harus bijaksana memilih jenis makanan yang dikonsumsi. Makan berlebihan pada saat berbuka puasa tidak hanya membahayakan tubuh akan tetapi juga mengganggu kesehatan spiritual. Pada bulan puasa otomatis jumlah makanan yang masuk akan lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi tidak berpuasa, sehingga diperlukan makanan dengan kandungan gizi berimbang dan cukup. Usahakan memilih makanan sehat yang tidak jauh berbeda dengan yang sering dikonsumsi pada bukan bulan puasa. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama bulan puasa. Kombinasikan makanan yang dikonsumsi dari berbagai sumber makanan yang menyehatkan dan halal.

Awali Dengan Sahur yang Tepat

Jangan pernah melewatkan sahur. Karbohidrat kompleks yang terdapat pada makanan akan membantu pelepasan energi secara perlahan selama waktu berpuasa. Karbohidrat kompleks terdapat pada misalnya beras merah, beras coklat, oatmeal, gandum utuh, barley, kacang-kacangan, umbi-umbian, buahan, dan sayuran. Makanan yang berkarbohidrat kompleks kaya akan kandungan serat pangan. Konsumsilah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks pada saat sahur. Ditambah dengan sumber protein, lemak, vitamin, mineral serta air. Lakukan sahur menjelang imsak, hal ini bertujuan agar makanan menjadi lebih lama dalam pencernaan sehingga kita tidak merasa lapar yang berlebihan dan tubuh tetap berenergi pada saat berpuasa. Hindari minum kopi, teh ataupun minuman yang bersifat diuretik pada saat sahur. Konsumsi teh diperbolehkan dalam jumlah sedikit. Susu rendah  lemak dapat menjadi salah satu pilihan menu sehat saat sahur.

Sesuatu yang kurang tepat yang sering dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa yaitu melakukan sahur pada waktu yang terlalu awal, kemudian tidur lagi. Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan lemak karena kelebihan energi dan tidak ada aktifitas fisik yang cukup untuk memanfaatkan energi yang berasal dari makanan. Selain itu, orang yang sahur pada waktu yang terlalu awal, akan cepat merasa lapar, dan menjadi tidak berenergi serta cepat mengantuk pada siang hari.

Berbuka Puasa Dengan yang Manis

Pada saat berbuka puasa dianjurkan untuk mengkonsumsi yang manis-manis. Tujuannya untuk segera mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal kembali. Contoh makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat sederhana yaitu kurma, buah-buahan segar dan jus, sirup, susu, teh manis, setup buah, kolak, dan kue-kue. Konsumsilah makanan berbuka secukupnya, kurang lebih 10% dari kebutuhan energi.  Misalnya 1 cup kolak atau beberapa butir kurma atau 1 cup teh manis hangat dan snack sehat. Tujuannya untuk mempersiapkan saluran pencernaan agar siap menghadapi makanan dalam jumlah besar. Hindari makan besar pada saat berbuka puasa, karena akan mengganggu pencernaan, lambung menjadi shock. Hindari mengkonsumsi kue-kue yang diproses dengan cara digoreng atau yang diproses dengan campuran lemak yang berlebihan. Makanan yang digoreng mengandung lemak yang berlebihan sehingga akan dicerna lebih lama dalam lambung dan mengganggu pada saat makan malam. Hindari juga minuman bersoda, minuman dingin atau yang dicampur es pada saat berbuka karena  es dapat menahan rasa lapar sehingga hidangan  lain yang lebih bergizi tidak dapat disantap, disamping itu,  pH atau  keasamannya tergolong rendah sehingga dapat mengganggu pencernaan (lambung). 

Makan Malam yang Bergizi, Seimbang dan Cukup.

Setelah berbuka puasa dan sholat magrib, barulah makan besar. Besar disini tidak berarti makan sebanyak-banyaknya. Konsumsi  makan  malam seperti biasa dalam  jumlah yang cukup kurang lebih 40% dari kebutuhan energi. Cukupi kebutuhan nutrisi dari makanan-makanan sumber karbohidrat (beras merah, beras coklat, gandum, oat, ubi-ubian, jagung), sumber protein (daging rendah lemak, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, susu), sumber lemak (ikan, minyak zaitun, kacang-kacangan), sumber vitamin dan mineral (buah-buahan, sayur-sayuran). Hindari makanan yang digoreng atau yang diproses dengan menggunakan lemak yang berlebihan. Hindari juga makanan-makanan yang terlalu pedas atau yang mengandung bumbu yang merangsang karena dapat mengganggu pencernaan. Makan  malam yang bergizi, seimbang dan cukup, akan membantu pada saat beribadah sholat tarawih sehingga tidak menjadi lemas dan tetap berenergi, selain itu perut tidak kekenyangan. Setelah sholat tarawih dapat dilanjutkan dengan makan makanan kecil atau snack 10% dari kebutuhan energi. Pilihlah makanan  kecil yang sehat, misalnya buah-buahan, roti gandum, kolak ubi, atau oatmeal cookies. 

Minum Air yang  Cukup

Tubuh manusia terdiri dari 65% air sehingga asupan air pada waktu tidak berpuasa mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup. Air tidak hanya dari air putih saja, tetapi sudah termasuk air yang terkandung dalam susu, teh, kolak, sup, atau  makanan lain yang berkuah. 

Suplemen 

Selama bulan puasa, suplemen dapat dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter khususnya orang yang mengidap penyakit tertentu. Suplemen dapat juga dikonsumsi jika asupan makanan dirasa tidak cukup terpenuhi, juga pada kondisi kerja yang padat atau lingkungan yang dapat menurunkan ketahanan tubuh selama berpuasa. Multivitamin yang mengandung vitamin (A, B, C, E, dan D), serta mineral seperti kalsium, magnesium, besi, iodium, dan lain-lain dapat menyuplai kebutuhan tubuh dan meningkatkan ketahanan tubuh. 

Selamat menjalankan Ibadah puasa, semoga keberkahan dari Allah SWT selalu melingkupi kita.

07/06/2014
8153 kali
0

Lihatlah disekitar anda, saat ini rasanya sudah jamak kita lihat baik tua maupun muda, lelaki atau perempuan yang memiliki bobot tubuh yang berlebihan. Kelebihan berat badan ini biasa dikenal dengan istilah obesitas.

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat propoosi lemak tubuh yang berlebihan. Berat 20% diatas normal sudah dikategorikan sebagai obesitas. Secara umum, untuk mengetahui apakah seseorang obesitas atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan Body Mass Index/BMI. Berat yang normal adalah jika hasil BMI nya 18.5-24.9. Jika seseorang memiliki BMI 25-29.5 maka disebut berat badan berlebih, dan obesitas bila seseorang memiliki BMI di atas 30.

Selain masalah estetika, obesitas juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, gangguan pernafasan, dan masalah tidur.

Obesitas biasanya terjadi jika kalori yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang digunakan, namun selain itu ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi seseorang hingga menjadi obesitas, sebagai berikut:

  1. Genetik: pada orang tua yang obesitas akan cenderung menurunkan obesitas kepada anak-anaknya. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ibu yang memiliki berat badan yang berlebihan, maka keturunannya berpeluang 75% akan mengalami hal yang sama
  2. Usia: seiring bertambahnya umur, maka kemampuan tubuh untuk memetabolisme makanan akan semakin berkurang, ini mengakibatkan terjadinya penumpukkan lemak dalam tubuh
  3. Gender: laki-laki mempunyai tingkat metabolisme yang lebih tinggi daripada wanita bahkan ketika istirahat atau tidur, itulah sebabnya wanita cenderung lebih mudah mengalami obesitas dibanding laki-laki.
  4. Lingkungan: pola hidup atau kebiasaan sehari-hari yang dilakukan seperti makanan yang dikonsumsi atau aktifitas-aktifitas yang  dikerjakan akan berpengaruh pada berat badan seseorang
  5. Obat-obatan tertentu: beberapa penderita penyakit tertentu harus mengkonsumsi obat-obatan berupa hormon atau jenis lain untuk melawan penyakitnya, hal ini berpengaruh pada penambahan berat badan orang tersebut. Beberapa obat steroid dan obat antidepresan di kenal dapat meningkatkan berat badan

Jika anda atau seseorang yang anda kenal memiliki berat badan berlebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menyusun program menurunkan berat badan agar dapat terhindar dari masalah-masalah kesehatan yang disebabkan oleh obesitas

01/06/2014
7635 kali
0

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa. Gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia merupakan akibat dari proses alami karena adanya penurunan beberapa fungsi dalam tubuh lansia itu sendiri.

Mengenali masalah kesehatan pada lansia perlu dilakukan dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mencapai derajat kesehatan lansia yang seoptimal mungkin.

Masalah kesehatan sering yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Gangguan buang air kecil: keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau social yang akan memperburuk kualitas hidup lansia tersebut. Lansia kemudian sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, hal ini berdampak pada kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih.

Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.

Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.

Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.

Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.

Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.

Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.

Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.

Pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.

Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.

Gangguan tidur:  Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.

Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita atau baru saja di dapat

30/05/2014
26563 kali
0

Setelah berolahraga tubuh kita sering merasa lelah, hal ini wajar terjadi karena saat berolahraga energi kita terkuras untuk kegiatan tersebut. Beberapa orang kemudian sempat bertanya-tanya apakah boleh makan setelah berolahraga?

Tubuh memerlukan nutrisi untuk segera melakukan proses pemulihan dan menyediakan cadangan glikogen baru untuk memberikan energi bagi tubuh. Jika energi dari glikogen tidak segera di dapat maka tubuh akan mencari sumber energi lain yang tidak tersedia yaitu protein yang berasal dari otot kita, sehingga kita akan mengalami proses katabolik. Katabolik adalah kehilangan massa otot akibat tidak segera disediakannya sumber energi yang berasal dari karbohidrat.

Setelah 15 menit selesai latihan, tubuh perlu mendapat 'makan' . Hal ini juga bertujuan untuk menstabilkan insulin dalam tubuh agar tidak drop. Bila insulin drop, akan terjadi gangguan sistem metabolisme tubuh, ini mengakibatkan proses pembakaran lemak saat berolahraga menjadi tidak maksimal.

Makanan apa yang tepat untuk dikonsumsi setelah berolahraga?, simak beberapa penjelasan berikut:

1. Gandum 

Ketika berolah raga di pagi hari, kekosongan perut harus diisi kembali dengan menu sarapan yang tepat. Makanan berupa roti gandum merupakan pilihan yang tepat, karena mengandung banyak serat yang membantu mengembalikan energi yang hilang setelah berolahraga, dan akan bertahan hingga waktu yang lama. 

2. Pisang 

Pisang adalah buah yang sangat baik untuk dikonsumsi setelah berolahraga, karena buah ini banyak mengandung gula alami yang baik untuk penambah energi. Kandungan potassiumnya baik untuk mencegah dan meredakan kram otot. Serta kandungan antioksidannya untuk meningkatkan pertumbuhan sel-sel baru. 

3. Tinggi Protein 

Setelah berolahraga, konsumsilah makanan yang tinggi protein dan rendah lemak, karena protein sangat baik untuk membentuk otot Anda. Anda bisa mencoba menu seperti tuna, kacang-kacangan, tahu, bahkan dada ayam panggang. 

4. Sayur-sayuran Hijau 

Menu terbaik yang dianjurkan lainnya adalah sayuran. Mengonsumsi sayuran berwarna hijau sarat dengan nutrisi, yang dapat mengisi dan membangun kembali zat pada tubuh Anda yang hilang. 

5. Buah-buahan dan Yoghurt 

Anda telah membakar banyak kalori ketika berolahraga, saatnya menggantikan kalori yang hilang dengan buah-buahan segar dan yoghurt. Yoghurt akan memberikan Anda protein, sementara gula 
alami dan antioksidan akan Anda dapat dari buah-buah segar.

29/05/2014
10405 kali
Halaman 40 dari 62

Pendaftaran Rawat Jalan

Promo Layanan. *baca syarat dan ketentuan berlaku
  • Pelayanan kesehatan yang islami, profesional dan bermutu dengan tetap peduli pada kaum dhu’afa. Mampu memimpin pengembangan Rumah Sakit Islam lainnya.…
    RS Islam Jakarta Cempaka Putih
Rekanan RS Islam Jakarta Cempaka Putih #Asuransi #BUMN #BUMD #Perusahaan

Terakreditasi Nomor. LARSI/SERTIFIKAT/096/02/2023

Lulus Tingkat Paripurna      

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

  • Jl. Cemp. Putih Tengah I No.1, RT.11/RW.5, Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 10510
  • +6221 4280 1567
  • +6221 425 0451
  • rsijpusat@rsi.co.id

Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Khusus BPJS

Pendaftaran Rawat Jalan Pasien Umum, Jaminan Perusahaan & Asuransi

  • +6221 425 0451 ext. 6508

Visitors

© 2018-2024. Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih